Pengamat Soroti Dua Hal Penting dalam Lawatan Prabowo ke AS

Laporan: Martahan Sohuturon
Jumat, 25 Agustus 2023 | 19:08 WIB
Menhan Prabowo Subianto melangsungkan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). (SinPo.id/Dok. Kemhan)
Menhan Prabowo Subianto melangsungkan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). (SinPo.id/Dok. Kemhan)

SinPo.id - Pengamat pertahanan dari @Tweet_Militer, Piebo Dimas, menilai lawatan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke Amerika Serikat (AS) setidaknya membawa dua hal penting bagi Indonesia. Salah satunya, menurutnya berdampak sangat signifikan bagi upaya pembangunan postur pertahanan Indonesia.

“Pertama, lawatan ini bertujuan untuk memajukan kepentingan nasional dalam bidang pertahanan, dalam hal ini modernisasi kekuatan militer Indonesia dengan akuisisi alutsista termutakhir yaitu F-15EX dan S-70M Blackhawk,” terang Piebo. 

Selaras dengan akuisisi kedua alutsista tersebut, Prabowo, menurut Piebo tengah berupaya untuk mengintensifkan dan memperkuat kemitraan strategis di bidang pertahanan sekaligus membuka peluang transfer teknologi yang nantinya dapat berdampak bagi perkembangan industri pertahanan di Indonesia.

“Serta memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang pertahanan melalui akuisisi senjata dan peluang transfer teknologi pertahanan dari Amerika Serikat pada Indonesia,” jelasnya.

Hal penting kedua dalam lawatan Prabowo ke AS kali ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk menyuarakan sikap atas perkembangan geopolitik dunia yang terjadi belakangan ini bersama dengan negara mitra strategisnya yaitu Amerika Serikat.

“Kedua negara menunjukkan keprihatinan serta kepentingan yang sama atas terjadinya invasi Rusia ke Ukraina dan memanasnya tensi geopolitik di kawasan Pasifik akibat sikap agresif China yang berusaha menegakkan klaimnya atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan,” kata Piebo.

Lebih lanjut ia menganalisis jika keprihatinan tersebut tidak terlepas dari aksi pelanggaran kedaulatan yang kemudian berdampak pada stabilitas geopolitik global.

“Sehingga mengganggu proses pemulihan ekonomi global pascapandemi serta memicu krisis pangan dan energi yang memberatkan negara-negara di dunia,” pungkasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI