Gerakan Hentikan Hoax dan Tingkatkan Literasi Jadi Gagasan Marlinda dalam Menyambut HPN
Jakarta, sinpo.id - Hoax atau bisa kita katakan berita palsu memanglah sangat berbahaya, apalagi menjelang tahun politik yakni Pilkada, Pileg, dan Pilpres. Beberapa himbauan pun telah disampaikan, baik oleh Pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat agar hoax dihentikan.
Marlinda Irwanti yang merupakan Anggota Komisi X DPR RI, turut memberikan tanggapannya terkait hoax yang semakin menjamur di Tanah Air. Menurutnya, sudah saatnya hoax dihentikan bukan hanya karena tahun politik.
“Hoax harus dihentikan. Bukan hanya karena tahun politik, tapi memang harus ada upaya-upaya secara berkelanjutan. Sudah saatnya tidak memanfaatkan ‘hoax’ untuk kepentingan apapun, karena hoax sangat merugikan bangsa Indonesia,” ujarnya kepada sinpo.id, Kamis (1/2/2018).
Ia berpendapat, bahwa ada hubungan antara suburnya hoax atau berita palsu dengan rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia.
Data dari UNESCO menyebutkan, bahwa minat baca di Indonesia itu 0,001 artinya satu orang dari seribu orang yang baca buku. Hasil studi "Most Litered Nation in the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia menduduki rangking ke 60 dari 61 negara paling rendah minat bacanya. Indonesia berada persis di bawah Thailand (59) dan di atas Bostawa, Afrika (61).
Marlinda menduga minat baca rakyat Indonesia rendah karena masyarakat kita suka menggunakan telepon genggam, nyaris di semua tempat kita melihat budaya memandang telepon genggam. Mulai di rumah, kampus, pusat perbelanjaan, restoran, di mobil bahkan naik motor pun bisa, luar biasa.
Masyarakat Indonesia khususnya anak muda lebih asyik memandang telepon genggam daripada memegang buku.
"Masyarakat Indonesia itu menatap layar telepon genggam bisa berjam-jam, tapi bila menatap buku lama-lama ngantuk. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan menulis atau curhat di media sosial daripada menulis buku,” paparnya.
Kebiasaan tidak membaca buku, tapi menatap gadget yang isinya hoax semua. Akhirnya kalau tidak ‘membaca berita palsu’, ya ‘nyebarin hoax’ dan tidak memandang tingkat pendidikan.
Sudah saatnya Pemerintah tegas dengan peredaran hoax, karena di beberapa negara seperti Jepang, Tiongkok, Filiphina, hoax itu tidak bisa beredar.
“Di Indonesia seluruh masyarakat bisa menjadi penyebar hoax, itulah penyebab membanjirnya ujaran kebencian di medsos.
Sehingga, info negatif itu tujuannya menimbulkan emosi pada publik dan ada upaya-upaya agar masyarakat tidak percaya pada pemimpinnya. Apalagi di tahun-tahun politik seperti ini. Ayo kita buat gerakan ‘Hentikan Hoax dan Tingkatkan Literasi’ dalam rangka menyambut Hari Pers Nasional (HPN),” tandasnya.

