LG Konsorsium Investasi Rp142 Triliun, Pengamat: Menguatkan Ekonomi Indonesia
SinPo.id - Pengamat ekonomi Rosdiana Sijabat menyambut baik langkah Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang berhasil memastikan LG Konsorsium untuk berinvestasi di Indonesia. Apalagi, nilai investasi yang digelontorkan tidak sedikit, mencapai USD9,8 miliar atau Rp142 triliun.
Menurut dia, kesepakatan LG Konsorsium dengan pemerintah Indonesia untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di Indonesia membawa kabar gembira bagi masyarakat Indonesia. Sebab, selain meningkatkan ekonomi nasional, kehadiran pabrik itu di Indonesia bisa membuka lapangan kerja baru.
"Iya sudah pasti lah (lapangan kerja). Harusnya kalau membangun pabrik baru atau investasi langsung, sudah pasti menciptakan lapangan pekerjaan kalaupun misalnya beberapa level dari tenaga kerjanya itu dari asing ya, pemerintah harus sudah membuka diri untuk tenaga kerja asing mungkin pada level-level tertentu, tetapi seharusnya sebagian besar atau mayoritas itu adalah lapangan kerja di dalam negeri," kata Rosdiana kepada wartawan, Sabtu, 5 Agustus 2023.
Rosdiana mengatakan kepercayaan LG Konsorsium untuk berinvestasi di Indonesia sangat baik. Terlebih, kondisi global yang tidak menentu pascaperang antara Rusia-Ukraina, serta ketegangan antara Rusia dan beberapa negara Eropa, khususnya Amerika Serikat. Sehingga, kehadiran LG Konsorsium ini memberikan angin segar bagi ekonomi nasional.
"Pandangan saya sih bagus-bagus aja, karena apa namanya investasi asing masuk. Kalau investasi baru itu pasti ada dampak ke perekonomian kita itu besar dalam kondisi sekarang juga. Kita mendapatkan investasi baru dari LG konsorsium itu bagus, apalagi kita ini kan lagi mengembangkan ekosistem nikel di Indonesia. Jokowi sudah melarang untuk ekspor nikel, tapi kalau misalkan kita terlambat atau lambat mengembangkan ekosistemnya ya sama saja kan," ujarnya.
Rosdiana menyebut kehadiran LG Konsorsium untuk membangun pabrik EV di Indonesia menjadi penegasan bahwa kebijakan hilirisasi terhadap pertambangan di Indonesia sangat tepat di mana Indonesia memiliki bahan mentah untuk pengembangan baterai listrik.
Apalagi, kata dia, pemerintah saat ini sedang fokus mengembangkan kendaraan listrik lewat berbagai kebijakan yang memudahkan masyarakat maupun investor.
"Kalau kita lihat ada juga kepentingan kita untuk mengembangkan kendaraan berbasis listrik baterai di Indonesia, karena ini masih termasuk rendah penjualan mobil listrik kita, masih sekitar satu jutaan tahun lalu. Artinya apa, masih belum terlalu bagus walaupun kita punya bahan baku baterai yang cukup bagus dan juga negara-negara lain juga membutuhkan," ucapnya.
Akademisi Universitas Atma Jaya ini menyebut Indonesia masih membutuhkan investasi asing untuk pengembangan baterai listrik. Dia berpendapat nilai investasi yang disiapkan LG Konsorsium sebesar Rp142 triliun ini sangat baik.
Namun, dia menyarankan pemerintah sebaiknya mempermudah segala urusan agar para investor tidak lagi kabur seperti yang dialami Tesla.
"Kita masih butuh investasi asing supaya bisa cepat. Misalkan begini, LG konsorsium ini mau investasi sebesar Rp 142 triliun nanti di Indonesia, tetapi kita juga harus lebih cepat, lebih fleksibel supaya benar-benar nanti terealisasi begitu," kata dia.
"Katakan tahun depan, karena Tesla saja yang tadinya awal-awal melirik Indonesia karena kita dianggap terlalu rigid, terlalu ketat, tidak fleksibel dan lain-lain malah mereka meninggalkan Indonesia pindah ke Malaysia kan," timpalnya.
Rosdiana menuturkan Indonesia memiliki bahan baku baterai listrik yang melimpah namun tidak didukung dengan layanan atau kebijakan yang mudah, khususnya soal perizinan. Hal ini yang membuat para investor angkat kaki dari Indonesia dan lebih memilih negara tetangga seperti Malaysia maupun Thailand untuk berinvestasi.
"Ekosistem kendaraan listrik di Asia tenggara itu kita punya peluang yang sangat penting sebenarnya, karena kita punya bahan bakunya. Negara lain seperti Thailand itu tidak punya bahan baku seperti kita, tetapi mereka lebih berani dari Indonesia. Kita punya nikel, kita punya bahan baku," kata dia.
Oleh sebab itu, Rosdiana mendorong pemerintah dapat bergerak cepat tidak hanya sekadar mengundang investor, melainkan menyiapkan instrumen kebijakan yang dapat mendukung investasi itu masuk ke Indonesia dengan lebih mudah. Dengan begitu, investasi yang masuk kata Rosdiana dapat segera terealisasi dan menciptakan lapangan pekerjaan.
"Tapi kalau kita bisa mengundang investor asing itu akan mempercepat selain untuk kendaraan berbasis listrik, juga pasti penciptaan lapangan kerja di dalam negeri, kira-kira seperti itulah," kata dia.
Selain itu, Rosdiana menyarankan pemerintah memberikan sejumlah insentif agar para investor yang mau berinvestasi di Indonesia tidak lagi kabur ke negara lain. Sebab, kepemilikan bahan baku yang melimpah ini akan sia-sia jika tidak didukung dengan kebijakan yang baik dan cepat.
"Lebih fleksibel saja begitu, kita boleh berbangga diri kita punya nikel yang mungkin banyak negara membutuhkan. Walaupun kita tahu ini sektor yang sangat strategis bagi banyak negara di dunia, tetapi investor itu dia kan melihat kecepatan nilai ekonominya, ada negara yang lebih menarik secara kebijakan mungkin mereka akan ke sana," kata dia.
Rosdiana yakin pembangunan pabrik baterai EV raksasa berdampak baik bagi pengembangan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri. Dengan catatan, diikuti kebijakan-kebijakan yang lebih ramah terhadap para investor karena nilai investasi untuk membangun pabrik baterai Rp142 triliun itu akan mengubah perekonomian Indonesia.
"LG ini salah satu perusahaan multinasional yang juga mungkin ini bisa menjadi sinyal bahwa kita itu dilirik investor asing, karena kita punya kemudahan-kemudahan, kita ramah terhadap mereka multinasional company dan investasi," tegas dia.