Gerindra: Isu HAM Terlalu Mulia untuk Dijadikan Komoditas Politik

Laporan: Juven Martua Sitompul
Jumat, 28 Juli 2023 | 12:00 WIB
Munafrizal Manan (Sinpo.id/Komnasham)
Munafrizal Manan (Sinpo.id/Komnasham)

SinPo.id -  Juru Bicara Partai Gerindra Bidang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Konstitusi Munafrizal Manan mengingatkan nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) terlalu mulia untuk sekadar dijadikan komoditas politik. Apalagi, hanya untuk menyerang salah satu pihak yang ikut dalam Pilpres 2024. 

"Menggunakan isu HAM untuk tujuan kepentingan politik pemilihan presiden justru merendahkan muruah hak asasi manusia itu sendiri. Nilai-nilai HAM terlalu mulia untuk sekadar dijadikan sebagai komoditas politik," kata Munafrizal dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat, 28 Juli 2023.

Menurut dia, sikap menuduh seolah-olah seseorang sudah pasti bersalah tanpa adanya putusan lembaga peradilan yang sah merupakan perbuatan yang justru mencederai prinsip HAM.

"Semakin isu HAM dipolitisasi untuk kepentingan politik, semakin menimbulkan sikap antipati di kalangan publik luas. Semakin isu HAM diperdebatkan, ternyata semakin menjauh dari upaya menemukan penyelesaian final terbaik bersama yang berkeadilan untuk semua," ucapnya.

Dia menjelaskan pelanggaran HAM yang berat merupakan domain hukum sehingga harus berdasarkan pada fakta dan bukti yuridis yang sangat kuat. Dalam hukum pidana, pembuktian hukum tidak boleh sedikit pun ada keraguan yang beralasan (beyond reasonable doubt).

"Apalagi yang tidak beralasan, dan juga pembuktian hukumnya harus lebih terang daripada cahaya (in criminalibus, probationes bedent esse luce clariores), sehingga kebenaran materiil hukumnya tak terbantahkan," kata alumni LLM International Human Rights Law and Criminal Justice, Universiteit Utrecht itu.

Oleh sebab itu, kata Munafrizal, menuduh seseorang sebagai pelaku pelanggaran HAM berat harus memenuhi syarat teknis hukum yang tidak mudah.

"Itulah mengapa pendekatan yudisial yang telah pernah dilakukan dalam perkara Tanjung Priok, Timor-Timur, Abepura, dan Paniai justru berujung dengan putusan pengadilan HAM yang membebaskan para terdakwa. Dan putusan pengadilan selalu menimbulkan perdebatan pro-kontra baru," kata dia.

Munafrizal mengatakan tidak ada kesimpulan hukum dan putusan hukum yang menyatakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersalah. Dengan begitu, menganggap dan memperlakukan Prabkwo seolah-olah nyata bersalah menurut hukum adalah tidak adil.

"Padahal, setiap orang berhak mendapatkan perlakuan yang adil," katanya.

Salah satu aktivis mahasiswa 1998 itu meyakini bahwa tidak semua rakyat Indonesia terpengaruh oleh modus politisasi isu HAM terhadap Prabowo.

"Buktinya Prabowo Subianto didukung rakyat sebanyak 62.576.444 suara (46,85 persen) dalam Pilpres 2014 dan sebanyak 68.650.239 (44,50 persen) suara dalam Pilpres 2019," kata Munafrizal.

Dia menambahkan peristiwa 1997 atau 1998 tidak terlepas dari kompleksitas sejarah. Dia mendorong agar setiap pihak menilai sejarah secara proporsional, sebab masa lalu tetap akan menyertai kehidupan manusia dan masa depan juga perlu disongsong.

"Mari hentikan segala ujaran kebencian, rasa permusuhan, dan benih perpecahan. Kita harus senantiasa menjaga perdamaian dan persatuan RI yang sangat besar, kaya, dan indah ini, yang memiliki potensi menjadi negara maju dan makmur pada masa depan," tegas dia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI