Tingkatkan Kualitas SDM di Indonesia, Pemerintah Gunakan APBN untuk Penurunan Stunting
SinPo.id - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatawarta, mengatakan pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia dan menekan angka stunting melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif dan dukungan anggaran dalam APBN.
Pasalnya, untuk membangun dan memajukan Indonesia, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang lebih tangguh dan lebih produktif. Sehingga bantuan sosial akan diberikan untuk kelompok masyarakat yang kekurangan, melalui Program Keluarga Harapan (PKH).
“Kita memilih desain belanja negara yang cukup untuk membuat anak-anak kita mampu tumbuh dengan sehat dan menjadi manusia cerdas. Perhatian APBN kepada anak-anak ada di banyak area. Kita ingin memastikan bahwa anak-anak ini mendapatkan vaksinasi yang baik, makanan yang cukup, pendidikan yang baik, dan sebagainya,” kata Isa, Kamis 20 Juli 2023.
Ia menjelaskan bahwa APBN telah mengalokasikan anggaran besar untuk sektor yang berkaitan dengan kebutuhan anak-anak. Seperti sektor pendidikan melalui Program Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah yang pada tahun 2022 dialokasikan sebesar Rp10 triliun untuk 780 ribu mahasiswa. Sedangkan lada tahun 2023, jumlahnya meningkat menjadi Rp12,8 triliun untuk 893 ribu mahasiswa.
“Anggaran kita untuk bidang pendidikan tidak menurun, bahkan kita memberikan alokasi anggaran khusus agar anak-anak bisa mengakses pendidikan secara daring. Itu menjadi biaya ekstra. Kita distribusikan penggunaan akses internet secara gratis kepada banyak siswa dan mahasiswa,” jelasnya.
Selain itu, APBN juga mengalokasikan anggaran di bidang kesehatan dan perlindungan anak. Adapun alokasi APBN untuk mendukung kesejahteraan anak di bidang kesehatan dan perlindungan anak yakni sebesar Rp48,3 triliun pada 2022 dan Rp49,4 triliun pada 2023.
Lebih lanjut, kata Isa, stunting merupakan salah satu isu serius di bidang kesehatan. penurunan angka stunting telah menjadi fokus utama pemerintah sejak tahun 2017. Namun hingga saat ini angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Karena berdasarkan Survei Status Gizi Nasional 2022, angka prevalansi stunting masih mencapai 21,6 persen.
“Kita ingin tahun depan bisa di bawah 14 persen. Ini satu journey yang ternyata tidak mudah. Walaupun sudah jauh menurun dibanding dua-tiga tahun lalu, tetapi target 14 persen tinggal satu tahun. Ini bukan challenge yang sederhana, kita harus makin fokus,” ungkapnya.
Oleh karena itu, APBN memuat anggaran percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan melalui tiga intervensi, yakni intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan yang melibatkan berbagai instansi dan lintas sektor.
“Untuk anak-anak Indonesia, teruslah belajar yang sebanyak-banyaknya. Dan jangan lupa untuk terus menumbuhkan kecintaan kepada negara kita sehingga nanti kalian menjadi generasi yang mampu membangun Indonesia lebih baik lagi daripada generasi saat ini,” kata Isa menambahkan.