Legislator Desak BSIP Kementan Segera Tindak Tegas Oknum Pengoplos Beras Pandan Wangi

Laporan: Galuh Ratnatika
Selasa, 18 Juli 2023 | 21:36 WIB
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi. (Sinpo.id/Instagram @Dedimulyadi)
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi. (Sinpo.id/Instagram @Dedimulyadi)

SinPo.id - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, mendesak Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Kementerian Pertanian (BSIP Kementan) untuk menindak tegas oknum pengoplos beras Pandan Wangi dengan beras jenis lain. 

Pasalnya, kepercayaan konsumen terhadap beras yang menjadi ikon Kabupaten Cianjur tersebut telah menurun. Sehingga harga beras Pandan Wangi terjun bebas dan membuat minat petani menanam varietas padi Pandan Wangi ikut menurun.

"Kita ini suka ditipu mudah banget bikin karung beras dengan tulisan asli Cianjur Pandan Wangi. Kalau belanja beras begitu lihat merknya asli Cianjur langsung dibeli, padahal bukan. Ini sering terjadi maka perlu BSIP menindak tegas yang memalsukan barang dagangan industri yang dikelola oleh para petani tradisional," kata Dedi pada Selasa, 18 Juli 2023.

"Sekali-kali BSIP juga perlu sidak ke swalayan, kemudian berasnya diteliti ini beras Cianjur asli atau hanya karung berasnya saja. Seringkali dibohongin kita beras oplosan dicampur-campur aroma pandan pakai pemutih, ini banyak beredar di pasaran," sambungnya.

Selain itu, guna memastikan penyelamatan varietas pandan wangi, ia juha mengimbau agar Kementan menambah jumlah areal sawah yang ada saat ini. Karena jumlah areal sawah minimal 1000 hektar, sementara saat ini hanya ada 150 hektar.

"Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu.  Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan wangi," ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Dedi, luas pertanaman padi pandan wangi saat ini mengalami penurunan. Karena sebelumnya pada tahun 2022, luas tanam mencapai 134 Ha, sedangkan pada tahun 2023 ini, baru mencapai sekitar 59 hektare.

"Sementara pengorbanan petani dari sisi waktu, biaya, tenaganya lebih besar untuk Pandan Wangi. Harga berasnya sendiri, Pandan Wangi, belum bisa stabil. Kemudian faktor berikutnya adalah masalah pemasaran secara luas," tuturnya.

"Sehingga kehadiran Pandan Wangi ini belum bisa dipromosikan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan adanya kehadiran varietas sintanur yang aromatik ini kerap kali menjadikan posisi Pandan Wangi itu serba sulit dijual dengan harga tinggi," tambahnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI