Tradisi Idul Adha dari Berbagai Daerah di Indonesia

Laporan: Rias Audis
Kamis, 29 Juni 2023 | 20:54 WIB
Ilustrasi pemotongan sapi kurban (pixabay)
Ilustrasi pemotongan sapi kurban (pixabay)

SinPo.id -  Sejumlah daerah di Indonesia mempunyai tradisi menyambut Hari Raya Idul Adha. Berikut rangkuman tradisi Idul Adha dari berbagai daerah seperti dilansir dari sejumlah sumber. 

Tradisi Meugang di Aceh.

Aceh kerap melakukan tradisi Meugang saat perayaan Idul Adha. 

Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah SWT.   

Proses meugang diawali dengan memotong hewan kurban. Selanjutnya membagikan daging kepada warga sekitar atau fakir miskin.  Meski inti acaranya adalah penyembelihan dan pembagian daging hewan kurban, tapi ada juga warga yang membeli daging di pasar. Tradisi ini mempunyai tujuan mempererat hubungan kekeluargaan.

Tradisi Apitan di Jawa Tengah

Dari Aceh, kita ke Jawa Tengah Semarang. Tradisi Apitan yang umum bagi warga Semarang adalah  Rangkaian acara dimulai dengan aksi kuda lumping dari kelompok kesenian Turonggo Seto. Dulunya merupakan suatu sarana dan prasarana untuk kegiatan sedekah bumi apitan, yang kemudian dikembangkan menjadi suatu kegiatan yang merakyat serta dapat menghibur masyarakat Sampangan Semarang.

Apitan merupakan bentuk syukur warga terhadap rezeki (hasil bumi) yang Allah SWT berikan. Warga yang ikut serta dalam Apitan akan berebut demi mengambil hasil tani yang menjadi arakan.

Tradisi Grebek Gunungan di Jawa Tengah

Masih dari Jawa Tengah, ada Grebek Gunungan. Tradisi turun temurun ini identik dengan arak-arakan atau kirab gunungan. Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Grebeg Besar merupakan tradisi yang digelar oleh Keraton Yogyakarta, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.   Ada 7 buah gunungan yang tersusun sedemikian rupa dalam tradisi ini. Ketujuh gunungan akan dibagi di 3 tempat berbeda yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro.  Warga setempat yang datang menyaksikan akan berebutan hasil tani yang diarak. Menurut kepercayaan setempat, jika kamu berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan ini maka artinya bisa mendatangkan berkah

Tradisi Gamelan Sekate di Surakarta

Warga Surakarta juga kerap melakukan Gamelan Sekate.  Dilansir dari laman kratonjogja.id, Gamelan Sekaten mulanya adalah pusaka milik Kerajaan Mataram yang terdiri dari dua perangkat. Yakni Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari. Keduanya dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agungyang pada tahun 1644 M.

Tidak hanya ketika Idul Adha, gamelan sekaten merupakan tradisi rutin menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Khusus perayaan Idul Adha, tabuhan musik gamelanakan digelar setelah shalat Idul Adha.

Biasanya, warga yang menyaksikan gamelan sekaten akan mengunyah kinang. Menurut warga setempat, kegiatan mengunyah kinang bertujuan agar mereka mendapat umur panjang dan bisa menyaksikan tradisi ini di tahun-tahun berikutnya.

Nah berikut adalah beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat sekitar untuk perayaan Idul Adha. Dengan adanya tradisi ini semakin meyakinkan bahwa masyarakat Indonesia kaya akan budaya dan kemajemukan masyarakatnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI