Jumlah Pengungsi Naik 19,1 Juta pada 2022, UNHCR Serukan Tindakan Bersama

Laporan: Martahan Sohuturon
Selasa, 20 Juni 2023 | 23:48 WIB
Ilustrasi. Pengungsi Rohingya. (SinPo.id/AP)
Ilustrasi. Pengungsi Rohingya. (SinPo.id/AP)

SinPo.id - Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mendorong tindakan kolektif untuk mengurangi penyebab dan dampak dari kondisi pengungsian. Konflik yang meluas di Ukraina, bersama dengan konflik di berbagai tempat dan ketidakstabilan akibat perubahan iklim, telah menyebabkan jumlah orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka meningkat secara signifikan 2022 lalu.

Laporan utama tahunan UNHCR mengungkapkan bahwa pada akhir 2022, jumlah orang yang terpaksa mengungsi akibat perang, penganiayaan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia mencapai rekor sebesar 108,4 juta, meningkat sebanyak 19,1 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut merupakan yang terbesar yang pernah tercatat.

Tingkat perpindahan paksa global terus meningkat tanpa menunjukkan tanda-tanda perlambatan pada tahun 2023. Eskalasi konflik di Sudan telah memicu gelombang pengungsi baru, yang mendorong jumlah keseluruhan secara global mencapai sekitar 110 juta orang pada Mei.

"Angka-angka ini mengingatkan kita bahwa beberapa orang terlalu cepat terjebak dalam konflik, sementara penemuan solusi terjadi terlalu lambat. Akibatnya, terjadi kehancuran, perpindahan paksa, dan penderitaan bagi jutaan orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka," ucap Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, dalam siaran pers yang diterima SinPo.id pada Selasa, 20 Juni 2023.

Dari total jumlah tersebut, sebanyak 35,3 juta orang adalah pengungsi, yaitu mereka yang melintasi perbatasan internasional untuk mencari perlindungan. Sedangkan mayoritas yang lebih besar, yaitu 58 persen atau sekitar 62,5 juta orang, mengalami pengungsian di dalam negara asal mereka akibat konflik dan kekerasan.

Perang di Ukraina menjadi faktor utama dalam perpindahan pada 2022. Jumlah pengungsi dari Ukraina melonjak dari 27.300 pada akhir 2021 menjadi 5,7 juta pada akhir 2022.

Perkiraan jumlah pengungsi dari Afghanistan juga mengalami peningkatan tajam pada akhir 2022, terkait dengan revisi data mengenai jumlah orang Afghanistan yang tinggal di Iran, banyak di antaranya telah tiba pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, laporan ini juga mencerminkan peningkatan angka pengungsi Venezuela yang dikategorikan sebagai 'orang lain yang membutuhkan perlindungan internasional' di Kolombia dan Peru berdasarkan laporan dari kedua negara tersebut.

Angka-angka tersebut juga menegaskan bahwa sebagian besar pengungsi ditampung oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, bukan oleh negara-negara kaya, baik dari segi ekonomi maupun rasio populasi. Meskipun 46 negara terbelakang hanya menyumbang kurang dari 1,3 persen dari produk domestik bruto global, negara-negara tersebut menampung lebih dari 20 persen dari total jumlah pengungsi di dunia. Pada 2023, pendanaan untuk situasi pengungsian dan pendanaan untuk mendukung kebutuhan negara penampung masih sangat terbatas, meskipun kebutuhan semakin meningkat.

"Orang-orang di seluruh dunia terus menunjukkan keramahan yang luar biasa terhadap para pengungsi dengan memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan," tambah Grandi.

"Namun, dibutuhkan lebih banyak dukungan internasional dan pembagian tanggung jawab yang adil, terutama bagi negara-negara yang menampung sebagian besar pengungsi."

“Di atas segalanya, lebih banyak langkah yang harus diambil untuk mengakhiri konflik dan menghilangkan hambatan sehingga para pengungsi memiliki pilihan yang layak untuk kembali ke rumah secara sukarela, aman, dan dengan bermartabat."

Sementara jumlah total pengungsi terus meningkat, laporan Global Trends juga menunjukkan bahwa mereka yang terpaksa melarikan diri tidak harus terjebak dalam pengasingan, tetapi dapat kembali ke rumah mereka secara sukarela dan aman. Pada 2022, lebih dari 339 ribu pengungsi kembali ke 38 negara, meskipun jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadi pemulangan sukarela yang signifikan ke Sudan Selatan, Suriah, Kamerun, dan Pantai Gading. Selain itu, 5,7 juta pengungsi internal juga pulang pada 2022, terutama di Ethiopia, Myanmar, Suriah, Mozambik, dan Republik Demokratik Kongo.

Pada akhir 2022, diperkirakan ada sekitar 4,4 juta orang di seluruh dunia yang tidak memiliki kewarganegaraan atau status kewarganegaraan yang belum ditentukan, ini adalah peningkatan sebesar 2 persen dibandingkan akhir 2021.

Laporan Tren Global Trends diluncurkan enam bulan sebelum Forum Pengungsi Global kedua, sebuah pertemuan besar di Jenewa yang menyatukan berbagai aktor untuk menemukan solusi baru dan menanamkan solidaritas dengan orang-orang yang terpaksa melarikan diri dan masyarakat penampungnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI