Pro dan Kontra Usulan Menhan Prabowo: Shangri La Dialogue
SinPo.id - Di penghujung dua minggu liburan kami ke Amerika utara, terutama di Washington DC, Virginia, Maryland, Delaware, dan Canada, ketika sedang berfoto-foto di Niagara Falls, kami ketemu turis dari Ukraina asal Donetsk, negara bagian yang berbahasa Rusia. Igor namanya, eksekutif Bank swasta di Donbas yang juga lagi berlibur dengan keluarganya.
"So you are from Indonesia?... I like your Minister's proposal for Ukraine conflict resolution."
Dengan spontan I asked him:" Why you said that Igor?"
Dengan antusias dia jelaskan sampai detail tentang NATO dengan boneka mereka, presiden Zelensky dan agresi diktator Putin dengan cerita-cerita dua versi yang so pasti kita sudah dengar.
Tadinya kirain si Igor ini pro Ukraina. Ternyata dia bilang usulan fair dan brilliant Prabowo Subianto itu bagus, tapi bakal ditolak oleh Uncle dan sekutunya. Sambil membuka Youtube tentang Dialogue Shangri La yang kontroversial, kami menyimak komentar-komentar dari "orang-orang pinter" seperti Mardigu Prasetyo, dan madam gagah cantik tomboy, ahli militer pertahanan dipodcast yang di-host oleh Helmi Yahya.
Mereka mengkritik kekurangan-kekurangan komentar Prabowo. Namun pendapat pak Hikmawanto Juwana, ahli hubungan internasional dari UI, itu yang paling bijak dan obyektif.
Beliau tidak mendiskredit genuine proposal Pak PS seperti those smart Youtubers tadi yang bilang proposal PS itu kurang intro, kurang foreplay, kurang ini itu yang seakan akan mereka itu lebih "hebat" dari PS. Maklumlah ini phenomenal klasik Indonesia, banyak orang pintar.
Seperti kita para penonton sepak bola yang kerap gak sadar lupa diri merasa lebih hebat dari Ronaldo, Messi.
Maaf, termasuk juga Menlu kitapun terkesan demikian ketika di rapat DPR terkesan beliau buang bola seakan merasa tersaingi oleh manuver Prabowo di Shangri La Dialogue.
Padahal publik Indonesia selama ini berharap Ibu Menlu itu buka suara soal foreign policy RI yang selama ini terkesan DIAM dan hanya dikenal konsisten "bebas aktif" saja, but no action, kurang gagasan, kecuali kita terkesan jadi host EO saja untuk G20 dan ASEAN Summit.
Jujur foreign policy kita kurang jelas gaungnya selama 8 tahun ini walau kita sudah menjadi anggota G7 dan bahkan presiden G20. Lalu mengapa harus Menhan Prabowo yang buat dunia heboh positif di Shangri La Dialogue?
Apakah salah IISS mengundang Menhan PS, mengapa bukan mengundang Menlu Retno yang para netizen suka komen gaya rambut beliau yang gonta ganti? Apakah karena PS selama ini outspoken dikancah internasional dengan gagasan pemikirandan bahasa Ingrisnya yang fasih kerap berdiskusi topik menduniatanpa teks dengan kata-kata keywords yang berbobot? Wallahualam!
Tapi yang jelas, itu Defense Ministers Summit. PS patut diundang. Apalagi he showed that knew what he was talking about war conflict resolution as he experienced it as the combat soldier in Timor Leste yang berdarah. Ini beliau sampaikan dengan jelas tentang the western invasions ke Asia, Afrika, the painful Vietnam war, the Cambodian bloody conflict, dll.
Beliau Skakmat politikus NATO dari Jerman yang mencecarnya dengan tough quesion. Dia jawab dengan komprehensif Usulan conflict resolution. Kita patut dukung dan puji beliau, karena sudah sesuai dengan Jokowi's stand, RI sebagai mediator menghentikan perang, tidak melanggar konsep perdamaian ala PBB, dan menawarkan tentang garis demilitarisasi15 km, referendum dll are all breakthrough peace proposal yang beliau sajikan.
So pasti kita sudah tahu komentar-komentar kontra dan kritik atas proposal beliau, termasuk dipanggil Jokowi untuk klarifikasi. Dan ternyata Jokowi puas kok dengan penjelasan PS yang did his job accordingly. Memang di negeri kita ini, kalau ada orang yang berprestasi atau berpikiran forward thinking, akan selalu ada komentator-komentator sirik miring. Inilah Indonesia! Negeri yang banyak orang pintar yang saling membully.
But please, allow me to say this, IISS sebagai organisasi Shangri La Dialogue, tidak sembarangan mengundang tokoh atau negarawan berbicara di International public forum. Nah Prabowo terseleksi oleh mereka. Kita harus bersyukur dan bangga bahwa Prabowo sudah mewakili Indonesia, he has performed his job menunjukkan Klasnya sebagai pemimpin dunia di forum international tersebut.
Prabowo patut menjadi salah satu calon presiden yang berpredikat KW1 Plus untuk bertarung dengan capres-capres seperti AB dan GP.