Puluhan Juta Orang di Korea Utara, Eritrea, dan Mauritani Hidup dalam Perbudakan
SinPo.id - Berdasarkan hasil survei dari Indeks Perbudakan Global 2023, Korea Utara, Eritrea, dan Mauritania disebut memiliki prevalensi perbudakan modern tertinggi di dunia. Laporan tersebut mengatakan sekitar 50 juta orang hidup dalam situasi perbudakan modern pada tahun 2021.
Jumlah tersebut meningkat 10 juta orang dibandingkan tahun 2016. Dari total 50 juta itu, sekitar 28 juta orang hidup dalam kerja paksa dan 22 juta hidup dalam pernikahan paksa.
Perbudakan modern dalam laporan yang dirilis, didefinisikan sebagai kerja paksa, pernikahan paksa atau perbudakan, jeratan utang, eksploitasi seksual komersial paksa, perdagangan manusia, praktik mirip perbudakan, dan penjualan serta eksploitasi anak.
"Perbudakan modern menembus setiap aspek masyarakat kita. Perbudakan terjalin melalui pakaian kita, menyalakan peralatan elektronik kita, dan membumbui makanan kita," kata direktur pendiri grup Grace Forrest, dilansir dari CNA, Rabu 24 Mei 2023.
Semetara prinsip inti perbudakan adalah pencabutan kebebasan seseorang secara sistematis, dari hak untuk menerima atau menolak kerja hingga kebebasan untuk menentukan apakah, kapan dan siapa yang akan dinikahi.
“Pada intinya, perbudakan modern adalah manifestasi dari ketidaksetaraan yang ekstrem. Ini adalah cermin yang memegang kekuasaan, yang mencerminkan siapa dalam masyarakat tertentu yang memilikinya dan siapa yang tidak,” imbuhnya.
Korea Utara sendiri memiliki prevalensi perbudakan modern tertinggi 104,6 per 1.000 penduduk, Diikuti oleh Eritrea (90,3) dan Mauritania (32).
Perbudakan juga biasanya terjadi di banyak negara yang berada di wilayah yang tidak stabil. Bisa karena mengalami konflik atau ketidakstabilan politik, atau rumah bagi populasi besar orang yang rentan seperti pengungsi atau pekerja migran.