Jokowi Soroti Sensus Pertanian Digelar 10 Tahun Sekali: Datanya Enggak Terkini

Laporan: Khaerul Anam
Senin, 15 Mei 2023 | 14:52 WIB
Presiden Joko Widodo (SinPo.id/Setkab)
Presiden Joko Widodo (SinPo.id/Setkab)

SinPo.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti sensus pertanian yang digelar 10 tahun sekali. Menurutnya pelaksanaan sensus itu terlalu lama dan tak sesuai dengan kondisi terbaru. 

Jokowi menginginkan sensus dilakukan setiap lima tahun sekali. Sebab, akan mengungkap data-data terbaru terkait sektor pertanian yang melibatkan hajat hidup orang banyak. Sehingga dibutuhkan data yang akurat.

"Kita tahu untuk menghasilkan kebijakan yang tepat butuh data yang akurat. Sering kita kedodoran di sini. Lahan pertanian kita berapa? Butuh pupuk berapa? Sering data itu tidak siap dan akurat. Bagaimana saya memutuskan suatu kebijakan wong datanya nggak akurat, nggak paling terkini," kata Jokowi saat Pencanangan Sensus Pertanian 2023 yang ditayangkan Youtube Setpres, Senin 15 Mei 2023.

Jokowi memaparkan, sektor pertanian berkontribusi 11,8 persrn terhadap PDB Indonesia dan 29 persen terhadap ketersediaan 40 juta lapangan kerja dari total angkatan kerja nasional.

Oleh sebab itu, kata Jokowi, dibutuhkan sensus pertanian yang akan menghasilkan data yang akurat dan terbaru.

"Akurasi kebijakan butuh akuras data. Katakan kita putuskan pupuk subsidi 13 juta ton misalnya, dari data memutuskan itu. Tapi di lapangan banyak yang teriak, 'Pak, pupuk nggak ada'. Mungkin suplainya kurang, mungkin distribusi yang nggak betul. Kalau data akurat, gampang," ujarnya.

Untuk itu, mantan Wali Kota Solo ini mendukung pelaksanaan sensus pertanian 2023. Jokowi ingin supaya data yang dihasilkan benar-benar akurat, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tepat sasaran.

"Karena itu saya mendukung sekali pelaksanaan Sensus Pertanian tahun 2023 ini," ucap Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menyebut jika sektor pertanian akan memegang peranan penting dan strategis di masa depan.

Di sisi lain, ada ancaman perubahan iklim dan efek perang. Di mana, saat ini, kerawanan pangan menyebabkan 345 juta orang di dunia terancam kelaparan dan kekurangan pangan.

"Saya minta seluruh pemangku kepentingan pertanian mensukseskan sensus ini," tandasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI