Hingga April 2023, Sektor Manufaktur Indonesia Menguat ke Level 52,7
SinPo.id - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, mengatakan sektor Manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi dalam 20 bulan berturut-turut hingga April 2023 dan menguat ke level 52,7.
Hal itu didorong oleh permintaan dalam negeri yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri. Terlebih, sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November 2022.
Sehingga produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong output produksi mereka di masa depan. Penguatan aktivitas produksi tercermin pada tingkat pembelian barang untuk memenuhi permintaan, yang juga ditandai dengan meningkatnya pembukaan lapangan kerja.
“Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global,” kata Febrio, Rabu 3 Mei 2023.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa laju inflasi masih terkendali selama masa HBKN Ramadan dan Idul Fitri karena didukung oleh terjaganya pergerakan harga bahan pangan serta menurunnya inflasi inti dan administered price. Tercatat inflasi pada April 2023 sebesar 4,33 persen (yoy), lebih rendah dari angka Maret 2023 yang mencapai 4,97 persen (yoy).
Sementara inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) turun tajam dari bulan Maret 2023 yang mencapai 5,83 persen (yoy) menjadi 3,74 persen (yoy) pada April 2023.
"Terkendalinya inflasi pangan ini juga didukung melimpahnya stok seiring panen raya padi dan komoditas hortikultura sepanjang Maret dan April. Ke depan, Pemerintah terus berfokus untuk menjaga ketersediaan pangan, terutama adanya risiko ancaman El Nino yang berpengaruh pada produktivitas pangan," ungkapnya.
Menurut Febrio, pemerintah juga membuat langkah antisipasi untuk menghadapi terjadinya gejolak harga akibat permintaan yang melonjak selama HBKN untuk menurunkan angka inflasi. Salah satunya dengan membuat program penyaluran bantuan pangan nasional, yang juga turut menjaga daya beli masyarakat.