SUDAN BERDARAH

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 29 April 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Ketegangan antara tentara Sudan dan pasukan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) meningkat setelah angkatan bersenjata Sudan dipimpin oleh presiden de facto Jenderal Abdel Fattah al Burhan menolak negosiasi sampai RSF paramiliter dibubarkan.

SinPo.id -  Bentrokan antara tentara Sudan dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter pecah di sekitar istana presiden dan Bandara Internasional Khartoum, Minggu 16 April 2023. Peristiwa itu terjadi ketika kedua pihak sama-sama berusaha menguasai situs simbolis negara. Laporan terbaru Pertempuran di Sudan terhenti sementara sejak Selasa, 25 April 2023, setelah kedua pihak menyetujui gencatan senjata selama tiga hari.

Serikat dokter Sudan mengatakan, peritiwa itu menewaskan 25 orang dan melukai 183 orang. "Api dan ledakan ada di mana-mana. Semua berlari dan mencari perlindungan," kata seorang dokter di rumah sakit umum di Omdurman, Amal Mohamed, dilansir dari Sky News, Minggu 16 April 2023.

Bentrokan membuat dua maskapai besar milik negara Saudia dan Egyptair Mesir, menangguhkan penerbangan. Pasalnya, sebuah pesawat Saudia yang bersiap lepas landas dari bandara itu diserang selama bentrokan.

"Khartoum telah menjadi medan pertempuran. Situasinya sangat mengerikan, dan kami tidak tahu kapan akan berakhir," kata seorang advokat hak asasi manusia terkemuka Sudan yang tinggal dekat dengan markas besar militer, Tahani Abass.

Pejabat PBB mengatakan bahwa salah satu pihak dalam konflik di Sudan telah menguasai laboratorium kesehatan nasional di ibu kota Khartoum yang menyimpan bahan biologis. Namun PBB belum dapat mengidentifikasi pihak mana yang telah menguasai laboratorium tersebut.

“Salah satu pihak yang bertikai telah menguasai laboratorium kesehatan masyarakat pusat di Khartoum dan mengusir semua teknisi," kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di Sudan, Dr Nima Saeed Abid, dilansir dari Al Jazeera, Rabu 26 April 2023.

Nima menyebut perebutan laboratorium nasional itu sangat berbahaya lantaran Sudan memiliki isolat polio, isolat campak, dan isolat kolera. Isolate itu akan digunakan sebagai senjata dalam perang. Sehingga para pejabat memperingatkan kepada para pengungsi untuk melarikan diri.

“Ada risiko biologis yang sangat besar terkait dengan pendudukan laboratorium kesehatan masyarakat pusat di Khartoum oleh salah satu pihak yang bertikai," ujar Nima menjelaskan.

Laboratorium tersebut terletak di pusat Khartoum, dekat dengan titik nyala pertempuran yang mengadu militer Sudan dengan Pasukan Dukungan Cepat, sebuah kelompok paramiliter yang tumbuh dari Pasukan Pertahanan Populer yang didukung pemerintah. Terlebih lusinan rumah sakit telah ditutup karena kekurangan pasokan medis.

Pertempuran di Sudan telah menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan, salah satu negara di Afrika itu yang sudah sangat bergantung pada bantuan itu ke jurang kehancuran. Sebelum bentrokan, PBB bahkan memperkirakan sepertiga penduduk Sudan atau sekitar 16 juta orang membutuhkan bantuan, angka yang kemungkinan akan meningkat akibat bentrokan.

Peta Konflik Militer Sudan

Ketegangan antara tentara Sudan dan pasukan RSF meningkat setelah angkatan bersenjata Sudan dipimpin oleh presiden de facto Jenderal Abdel Fattah al Burhan menolak negosiasi sampai RSF paramiliter dibubarkan. Sedangkan Kepala RSF, Mohamed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, menyebut Jenderal al Burhan sebagai penjahat, karena pasukannya telah melakukan kudeta presiden sebelumnya.

Pertempuran tersebut dimulai di sebuah pangkalan militer di selatan Khartoum, kedua belah pihak saling menuduh, hingga akhirnya memicu serangan satu sama lain. Bentrokan menyebar ke seluruh ibu kota, termasuk di sekitar markas militer, bandara, dan istana presiden.

RSF mengklaim telah merebut bandara Khartoum dan istana presiden serta bandara dan pangkalan udara di Merowe. Namun tentara Sudan menolak klaim tersebut dan menyebutnya sebagai kebohongan, karena menganggap bahwa mereka masih menguasai semua pangkalan dan bandara.

Perwakilan khusus PBB untuk Sudan, Volker Perthes, menyebutkan pertempuran terus terjadi hingga Selasa 18 April 2023 dan menimbulkan korban tewas hingga 180 orang dan 1.800 orang terluka. Sedangkan kedua pihak yang bertikai komandan angkatan bersenjata, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo tak memberikan tanda damai.

"Pihak yang bertikai tidak memberikan kesan mereka menginginkan mediasi untuk perdamaian di antara mereka segera," kata Perthes.

Pertempuran itu membuat warga sipil ketakutan dan terjadi konflik berkepanjangan menjerumuskan Sudan ke dalam kekacauan di tengah dorongan dari masyarakat membuat pemerintahan sipil yang demokratis setelah puluhan tahun pemerintahan militer.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, kembali meminta pihak-pihak menghentikan pertempuran. Upaya itu dilakukan agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan. Karena eskalasi lebih lanjut dapat menghancurkan negara dan kawasan. Gedung Putih juga meminta agar kedua belah pihak yang bertikai untuk segera melakukan gencatan senjata dalam pertempuran di Sudan. 

“Kami menyesalkan kekerasan yang meningkat dari Khartoum dan di tempat lain di Sudan. Kami menyerukan gencatan senjata segera tanpa syarat," kata Gedung Putih dalam pernyataan resmi.

Nasib WNI di Sudan

Kedutaan Besar RI (KBRI) Khartoum meminta WNI di Sudan meningkatkan kewaspadaan, tetap tenang dan berhati-hati. Imbauan itu disampaikan setelah kondisi di Khartoum semakin mencekam akibat perang saudara di engara tersebut.

"Tetap tinggal di rumah dan menjauhi jendela, meningkatkan saling komunikasi, dapat berkumpul bersama di titik-titik aman, tidak berkeliaran, menyiapkan dokumen paspor, dan beberapa barang keperluan pribadi dalam satu ransel," tulis imbauan KBRI Khartoum, Selasa 18 April 2023.

Sejumlah wilayah di Sudan menjadi lokasi perang terjadi di sekitar IUA, Wisma Duta, sekitar Bandara, Arkaweet, Al Riyadh, dan luar ibu kota. Perang itu berdampak pada ketersediaan pasokan listrik, logistik, air, dan kebutuhan lain.

"Sampai 17 April 2023 diinformasikan situasi dan kondisi keamanan terus memburuk serta sangat menyulitkan mobilitas/pergerakan," tulis laporan KBRI Khartoum.

KBRI Khartoum terus berupaya mengupayakan bantuan logistik dan pergerakan ke titik aman. Sedangkan Tentara Nasional Indonesia atau TNI mengirimkan 39 prajurit untuk evakuasi warga Indonesia di negara tersebut.

Satgas Evakuasi WNI di Sudan dilepas secara resmi oleh Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di Baseops Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin, 24 April 2023. Dalam sambutannya Yudo menjelaskan, konflik bersenjata di Sudan sudah semakin mengkhawatirkan, dan dapat membahayakan keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini berada di Sudan.

“Tugas penjemputan WNI ke Sudan adalah tugas mulia sekaligus kehormatan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, ingatlah bahwa kalian tidak hanya mewakili TNI namun juga sebagai duta bangsa Indonesia," ujar Yudo.

Yudo juga meminta Satgas Evakuasi WNI fokus dan mematuhi semua prosedur yang berlaku. Praajurit juga diminta mengidentifikasi semua risiko yang akan muncul dan melaksanakan langkah-langkah mitigasi yang konkret.

" Waspada dan alert sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik. TNI patriot NKRI," ujar Yudo menegaskan.

Tercatat misi itu dipimpin oleh  Kolonel Pnb Noto Casnoto (Dan Wing I Halim PK), dan tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Evakuasi WNI menggunakan Pesawat TNI AU Boeing 737. 

Menlu Sebut 897 WNI Telah Dievakuasi dari Ibu Kota Sudan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan ada 897 warga negara Indonesia diungsikan dari ibu kota Sudan, Khartoum.  "Jumlah yang sudah dievakuasi baik tahap satu maupun tahap dua adalah 897 WNI,” kata Retno, 26 April 2023.

Dari jumlah sebanyak itu, 557 WNI sudah berada di Jeddah, Arab Saudi, yang akan dipulangkan ke Indonesia secara bertahap.

Kemenlu sebelumnya menyebut jumlah WNI yang tinggal di Sudan 1.209 orang. Namun, setelah data dimutakhirkan, total WNI yang dapat dikontak dan tercatat adalah 937 WNI, yang 897 WNI di antaranya dievakuasi oleh pemerintah dan 15 WNI melakukan evakuasi secara mandiri.

“Sementara itu, 25 WNI menyatakan tidak ikut evakuasi karena alasan keluarga,” tutur Retno.

Selain itu, WNI lainnya sudah tidak berada di Sudan karena sudah kembali ke Indonesia, sedang pulang mudik, atau sedang umrah di Arab Saudi.

Pada Jum’at 28 April kemarin sudah ada 385 WNI dari Sudan sudah tiba di Indonesia. Mereka tiba sekitar pukul 05.46 WIB.

“Sebanyak 385 warga negara Indonesia dengan Garuda Indonesia GA 991 telah mendarat di Jakarta," kata Menlu Retno Marsudi saat memberikan keterangan pers di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Retno mengatakan 385 WNI tersebut terdiri dari 248 perempuan, 137 laki-laki, dan di antaranya 43 anak-anak. Sedangkan kehadiran WNI itu merupakan evakuasi tahap pertama dari Sudan melalui Jeddah, Arab Saudi. Para WNI yang baru tiba itu akan diinapkan sementara di Asrama Pondok Gede agar terlebih dahulu pulih dari proses evakuasi yang panjang dan melelahkan.

"Mengingat perjalanan evakuasi sangat panjang dan melelahkan, maka setiba di Jakarta, mereka akan diinapkan sementara di Asrama Pondok Gede sebelum dipulangkan ke daerah masing-masing," ujar Retno menjelaskan.sinpo

Komentar: