Tentara Sudan Kembali Rebut Istana Kepresidenan Khartoum
SinPo.id - Tentara Sudan menang dalam perebutan kekuasaan berdarah dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter. Ini terjadi setelah Tentara Sudan
menggempur pangkalan mereka dengan serangan udara dan merebut kembali kendali atas sebagian besar istana kepresidenan Khartoum dari RSF.
Menurut sejumlah saksi dan para penduduk, tentara telah melakukan serangan udara di barak dan pangkalan RSF di wilayah Khartoum. Hingga akhirnya, mereka berhasil menghancurkan sebagian besar fasilitas paramiliter, pada hari Minggu kemarin.
Meski demikian, anggota RSF tetap berada di dalam bandara internasional Khartoum yang dikepung oleh tentara Sudan. Tetapi tentara mencoba menahan diri untuk tidak menyerang mereka, guna menghindari kerusakan yang lebih besar.
"Jam kemenangan sudah dekat. Kami akan segera mendapat kabar baik untuk orang-orang yang sabar dan bangga, insya Allah," kata tentara dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters, Senin 17 April 2023.
Sebelumnya, kedua belah pihak sempat menyepakati jeda pertempuran selama tiga jam mulai pukul 4 sore untuk mengizinkan evakuasi kemanusiaan bagi penduduk sekitar seperti yang diusulkan oleh PBB Sudan. Namun kesepakatan itu diabaikan, dan mengakibatkan 59 warga sipil tewas, termasuk di antaranya tiga pekerja PBB.
Saat malam tiba, penduduk melaporkan adanya surara ledakan artileri dan deru pesawat tempur di distrik Kafouri di Bahri, yang memiliki basis RSF, di seberang sungai Nil dari ibu kota Khartoum.
“Kami takut, kami tidak tidur selama 24 jam karena kebisingan dan rumah berguncang. Kami khawatir kehabisan air dan makanan, serta obat untuk ayah saya yang menderita diabetes,” kata Huda, yang merupakan seorang warga muda di selatan Khartoum.
"Ada begitu banyak informasi palsu dan semua orang berbohong. Kami tidak tahu kapan ini akan berakhir, bagaimana ini akan berakhir," imbuhnya.
Seperti diketahui, bentrokan terjadi antara tentara yang setia kepada kepala Dewan Pemerintahan Transisi Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan pasukan RSF yang berada di bawah Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.
Bentrokan tersebut merupakan yang pertama kali terjadi sejak kedua pihak bergabung untuk menggulingkan otokrat veteran Islam Omar Hassan al-Bashir pada 2019. Namun di antara keduanya tidak ada kesepakatan atas integrasi RSF ke dalam militer sebagai bagian dari transisi menuju pemerintahan sipil. Sehingga memicu pertempuran untuk saling menguasai situs simbolis di Sudan.
Menanggapi bentrokan tersebut, Amerika Serikat (AS), China, Rusia, Mesir, Arab Saudi, Dewan Keamanan PBB, Uni Eropa dan Uni Afrika, mengimbau kedua pihak untuk segera mengakhiri permusuhan yang dapat memperburuk ketidakstabilan di wilayah yang lebih luas yang sebelumnya memang sudah bergejolak.
https://www.reuters.com/world/africa/sudan-military-rivals-fight-power-killing-least-25-2023-04-16/