Serangan Brutal di Al-Aqsa

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 08 April 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan tujuh warga Palestina menderita luka akibat peluru karet dan pemukulan dalam bentrokan dengan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa.

SinPo.id -  Mendekati subuh ketika sejumlah warga Palestina usai melaksanakan sahur, sejumlah polisi Israel menyerbu aula masjid Al-Aqsa, Yerusalem, Rabu 5 April 2023 lalu.  Serangan dengan dalih mengusir pemuda pelanggar hukum dan agitator bertopeng itu menimbulkan bentrokan fisik warga Palestina saat bulan suci.  

Rentetan batu dan kembang api dilempar sebagai balasan serangan petugas. Sejumlah saksi dari Palestina mengatakan polisi Israel bersenjatakan pentungan, juga melempar granat gas air mata dan bom asap. Mereka masuk ke masjid secara paksa dan memukul wanita dan pria yang beribadah.

"Saya sedang duduk di kursi membaca (Alquran)," kata seorang wanita tua kepada kantor berita Reuters sambil duduk di luar masjid, berjuang untuk mengatur napas. "Mereka melempar granat kejut, salah satunya mengenai dada saya,"ujar perempuan itu menangis.

Catatan organisasi Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan setidaknya tujuh warga Palestina menderita luka akibat peluru karet dan pemukulan dalam bentrokan dengan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. Sedangkan pasukan Israel mencegah petugas medis mencapai masjid.

Insiden itu memicu aksi protes di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Militer Israel mengklaim mereka merespons sembilan roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel setelah sirene meraung di kota-kota Israel selatan.

Ada kekhawatiran ketegangan dapat meningkat bulan ini seiring bulan suci Ramadan bertepatan dengan Paskah Yudaisme dan Paskah Kristen.  Kekhawatiran itu terbukti sehari usai serangan kelompok Islam Hamas Palestina menembakkan roket ke Israel selatan dari Jalur Gaza yang diblokade. Ini merupakan serangan balasan, setelah polisi Israel menggerebek kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem.

Menuai Kecaman Dunia

Dunia bereaksi atas serangan Israel terhadap masjid Al-Aqsa saat bulan Ramadan. Tak hanya perserikatan bangsa-bangsa atau PBB. Turki, Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan sejumlah negara lainnya, bereaksi atas serangan Israel terhadap warga Palestina di Masjid Al-Aqsa saat bulan suci Ramadan.

Sejumlah negara bahkan menyatakan terkejut dan prihatin atas serangan tersebut. Insiden penyerangan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang meluas saat umat muslim di Palestina sedang menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, bahkan mengaku sangat terkejut dengan gambar yang ditunjukkan dari video kekerasan pasukan keamanan Israel yang memukuli orang-orang di Masjid Al-Aqsa. Menurut Antonio, tempat ibadah tersebut harus digunakan untuk ibadah yang damai.

Gedung putih juga menyatakan keprihatinannya, dan mendesak warga Israel maupun Palestina untuk sama-sama menahan diri. Keduanya diminta untuk bekerjasama meredakan ketegangan, dan memulihkan perdamaian.

"Kami tetap sangat prihatin dengan kekerasan yang terus berlanjut dan kami mendesak semua pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, dilansir dari Al Jazeera, Jumat 7 April 2023.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengutuk serangan polisi Israel tersebut, dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak dapat diterima. Ia juga marah karena Israel telah menginjak-injak kesucian Masjid Al-Aqsa.

“Saya mengutuk tindakan keji terhadap kiblat pertama umat Islam atas nama negara dan rakyat saya, dan saya menyerukan agar serangan dihentikan secepat mungkin. Namanya politik represi, politik darah, politik provokasi. Turki tidak pernah bisa tinggal diam dan bergeming dalam menghadapi serangan-serangan ini," kata Erdogan.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, yang merupakan teman dekat Israel, turut mengkritik retorika meradang dari pemerintah Israel, dan mendesaknya untuk mengubah pendekatannya terhadap Palestina.

Begitu pula dengan sejumlah negara lainnya yang ikut mengkritik serangan Israel sebagai pemicu meluasnya konflik saat bulan suci Ramadan. Hampir seluruh negara meminta situasi dapat ditenangkan.

Reaksi Indonesia 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam serangan yang dilakukan pihak keamanan Israel terhadap warga Palestina yang beribadah di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem pada Rabu 5 April 2023 lalu.

"Karena di manapun dan kapanpun peristiwa itu terjadi maka yang namanya penjajah tersebut pasti akan berbuat zalim dengan menginjak-injak nilai-nilai peri kemanusiaan dan peri keadilan dari rakyat yang dia jajah," kata Wakil Ketua MUI Anwar Abbas, Kamis, 6 April 2023.

Anwar menggatakan para pendiri Republik Indonesia sangat mengutuk penjajahan sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ia juga mengajak masyarakat Indonesia peduli terhadap penderitaan yang dialami warga Palestina, termasuk penyerangan jemaah yang sedang beribadah di Masjid Al-Aqsa oleh aparat keamanan Israel.

"Kalau kita masih punya hati nurani dan kepedulian kepada sesama serta kepada nilai-nilai kemanusiaan yang luhur,” kata Anwar menambahkan.

Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah itu menuturkan, Israel sudah lebih dari 75 tahun menjajah Palestina. Selama itu pula ribuan rakyat Palestina mulai dari perempuan, anak-anak, hingga orang tua tewas dibunuh. Selama itu juga, lanjut Anwar, Israel telah mengusir penduduk dan merampas lahan milik warga Palestina.

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon menyebut penyerangan Israel di masjid Al Aqsa saat bulan Ramadan merupakan rutinitas barbar yang disengaja Israel.  “Ramadan tahun lalu Israel menyerang Al-Aqsa dan melukai sedikitnya 158 warga Palestina,” ujar Fadli.

Ia menyebut pada Ramadan 2021 Israel juga melakukan hal yang sama, bahkan dampaknya termasuk paling berdarah karena memicu serangan Israel ke Gaza yang menewaskan sedikitnya 256 orang, termasuk 66 anak-anak, dan melukai lebih dari 1.900 orang.

Menurut Fadli, serangan brutal Israel di setiap Ramadan dengan target jemaah Al-Aqsa jelas disengaja. Mereka sangat berniat menodai kesucian Al-Aqsa dan Ramadan.

"Ini tidak cukup dikutuk keras. Israel harus ditindak keras secepatnya,” kata Fadli menambahkan.

Kondisi itu menjadikan pertanyaan peran PBB yang memiliki dewan keamanan, namun tidak belajar dari insiden-insiden sejenis sebelumnya. “Seharusnya PBB sigap dan antisipatif. PBB gagap dan lamban. Jika diperlukan, Dewan Keamanan bisa menurunkan pasukan perdamaian di Al-Aqsa di setiap Ramadan,” katanya.

Legislator Fraksi Partai Gerindra itu menilai serangan atas Al-Aqsa sebagai bagian provokasi Israel untuk 'yahudisasi' Masjid Al-Aqsa. Israel ingin meruntuhkan Al-Aqsa dan menggantinya dengan Temple Mount. Ini pernah sudah terjadi pada Masjid Ibrahimi di Hebron, di mana setengah dari masjid diubah menjadi Sinagog setelah tahun 1967.

Wakil Ketua Fraksi PKS Sukamta mengecam keras tindakan biadab pasukan Israel saat ibadah bulan Ramadan yang dinilai melukai perasaan umat Islam.

“Bulan Ramadan adalah bulan suci umat Islam, maka sangat wajar jika banyak umat Islam di Palestina ingin banyak beribadah di Masjid Al-Aqsa,” kata Sukamta.

Tindakan Pasukan Israel yang berdalih jamaah melebihi batasan waktu yang ditetapkan semakin menunjukkan arogansi sebagai penjajah.

Apalagi Israel telah menyabotase kewenangan pengelolaan Masjid Al-Aqsa yang semestinya oleh Dewan Urusan Wakaf Islam di bawah otoritas Yordania berdasar hukum internasional

Menurut Sukamta, tindakan Israel yang semakin brutal tanpa mengindahkan hukum internasional karena adanya standar ganda yang selama dilakukan oleh Amerika dan negara-negara barat, juga berbagai organisasi internasional. Adanya sikap standar ganda ini menyebabkan tekanan internasional terhadap Israel tidak berarti apa-apa.

“Israel merasa bebas melakukan kekejian karena tidak ada konsekuensi apapun atas tindakannya. Tidak ada embargo ekonomi sebagaimana dilakukan Amerika dan barat terhadap Kuba, Korea Utara, Iran dan Syiria,” katanya.sinpo

Komentar: