Presiden Palestina dan Sejumlah Negara Ramai-Ramai Tolak Temui Wakil Presiden AS
Jakarta, sinpo.id - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence dijadwalkan akan mengunjungi Yerusalem untuk bertemu dengan sejumlah tokoh, termasuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Akan tetapi Abbas dengan tegas menolak mentah-mentah kunjungan Pence tersebut. Diyakini penolakan itu terjadi karena sikap pemerintah AS yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Seperti dikutip dari yang disampaikan Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malik, keduanya dijadwalkan bertemu di Bethlehem pada 19 Desember mendatang.
"Situasi di lapangan yang diciptakan oleh keputusan AS (yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel) membuat pertemuan tidak mungkin dilakukan," kata penasihat senior kepresidenan Majdi Khalidi dikutip dari Arab News, Minggu (10/12/2017).
Penolakan tak hanya datang dari Presiden Abbas. Rencana kedatangan wakil presiden AS dalam rangkaian tur regional turut mendapat kecaman dan ancaman boikot dari masyarakat.
Di Mesir, kepala Gereja Koptik, Uskup Agung Tawadros II mengatakan tidak akan menemui Pence.
Pastor Rifaat Bader, Direktur Pusat Studi dan Media Katholik di Yordania mengatakan, Wakil Presiden Pence tidak akan mendapat sambutan dari orang-orang Yordania.
"Kunjungan itu dilakukan setelah keputusan Trump terhadap Yerusalem, sehingga wajar jika orang-orang menolak untuk bertemu dengannya (Pence)," kata Bader.
Bahkan sebelum Trump membuat pernyataan pengakuan tersebut, telah ada kekhawatiran terhadap rencana kunjungan Pence.
"Kedatangannya adalah untuk membantu umat Kristen dan hal itu dapat memecah belah warga."
"Sebagai umat Kristen Arab yang bangga kami ingin diperlakukan setara dengan saudara-saudara muslim kami dan semua orang di wilayah itu tanpa mendapat perlakuan khusus," tambahnya.
Di Yordania, aksi demonstrasi telah dilakukan menentang keputusan Trump di dekat kantor kedutaan AS di Amman.
"Kami tidak akan meninggalkan Yerusalem dan rakyatnya. Dan akan tetap menggelar protes sampai keputusan itu dibatalkan," kata peserta demonstrasi Mohammad Abu Heja.

