Saatnya Bangunkan Sabang dari "Tidur" Panjangnya

Jumat, 01 Desember 2017 | 18:09 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Sabang, pulau yang terletak di ujung Barat Indonesia itu kian pesat perkembanganna. Untuk mengakomodir industri-industri maupun jalr perdagangan yang masuk melalui Selat Malaka, maka sangat dibutuhkan pelabuhan dengan standar internasional, yang berguna untuk menjadi tempat singgah kapal-kapal international.

Hal tersebut disampaikan Koordinator Tim Pemantau Otonomi Khusus (Otsus) Aceh di DPR RI,  Firmandez saat menanggapi penyelenggaraan Business Forum Jambore Iptek Sail Sabang 2017 yang digelar di Kota Sabang.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar Bidang Maritim ini menjelaskan, keberadaan Sabang sabagai pelabuhan internasional sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Bahkan sebelum terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kapal-kapal internasional lebih menggunakan selat Sunda sebagai jalur transportasi laut ke Nusantara. Setelah terusan Suez dibuka, jalur pelayaran menjadi lebih pendek melalui Selat Malaka.

“Saat itu lah Sabang mulai disinggahi kapal-kapal barang dari maskapai perdagangan internasional. Pelabuhan alami Sabang yang dalam membuat berbagai jenis kapal bisa merapat. Dan sekarang hal itu harus dibangkitkan lagi. Sabang harus dibangkitkan dari tidurnya, harus kembali menjadi pelabuhan kargo internasional,” kata Firmandez melalui keterangan tertulisnya, Jumat (1/12/2017).

Firmandez mengungkapkan, pada masa pemerintah kolonial Belanda berkuasa, Sabang juga dijadikan sebagai Kolen Station, pelabuhan alami yang dioperasikan sejak tahun 1881. Dua tahun kemudian (1883) Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh.

Awalnya pelabuhan Sabang dijadikan pangkalan batu bara angkatan laut kerajaan Belanda, tapi kemudian dikembangkan menjadi pelabuhan ekspor impor di Sumatera. Tahun 1887 Sabang Haven bersama Firma Delange membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan.

“Sabang kemudian dijadikan pelabuhan bebas pada tahun 1895 dengan sebutan Vrij Haven yang dikelola oleh Sabang Maatschaapij. Jadi, Sabang itu sudah mejadi pelabuhan internasional sejak zaman dahulu. Ini yang harus dibangkitkan kembali. Momentum Sail Sabang 2017 ini harus dijadikan sebagai titik balik kebangkitan Sabang sebagai pelabuhan internasional,” harap anggota Komisi V DPR RI tersebut.

Firmandez melanjutkan, dewasa ini setiap tahunnya hampir 100.000 kapal melewati Selat Malaka. Jika sebagiannya saja singgah di pelabuhan Sabang, merupakan potensi besar untuk pendapatan daerah.

“Kita ingin Sabang tidak hanya jadi daerah singgahan saja, tapi berbagai potensi yang ada bisa digerakkan secara maksimal. Untuk itu saya di Komisi V DPR RI yang membidangi urusan infrastruktur dan perhubungan, dalam berbagai kesempatan selalu mengupayakan agar infrastruktur di Sabang bisa lebih ditingkatkan,” pungkas Firmandez.

TAG:
Komisi V
BERITALAINNYA
BERITATERKINI