Duet Ganjar-Pak Bowo Nyaris Mustahil Terwujud, Ini Sebabnya

Laporan: Sinpo
Rabu, 28 Desember 2022 | 16:06 WIB
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto atau yang karib disapa Pak Bowo/ Setkab
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto atau yang karib disapa Pak Bowo/ Setkab

SinPo.id - Wacana memasangkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyeruak belakangan ini. Apalagi dalam survei terbaru Charta Politika, elektabilitas Ganjar-Prabowo unggul dari pasangan calon lain.

Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai memasangkan Ganjar sebagai capres, dan Pak Bowo sebagai cawapres cukup menarik. Namun menurutnya, gagasan itu nyaris mustahil untuk terealisasi.

"Hal sangat aneh dan juga tidak baik dari segi kepantasan dan juga gengsi politik, apabila setelah maju sebagai calon presiden dalam dua pemilihan presiden terdahulu lalu, kemudian maju sebagai calon wakil presiden di pemilihan presiden mendatang," ucap Bawono dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 28 Desember 2022

"Hal itu sama saja meminta secara halus kepada Prabowo Subianto agar tidak maju dalam kontestasi pemilihan Presiden 2024," sambungnya.

Sementara itu, lanjut Bawono, rapat pimpinan nasional dari Partai Gerindra beberapa bulan lalu juga telah mengamanatkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden, bukan calon wakil presiden. Pencalonan kembali dari Prabowo sebagai calon presiden di pemilihan presiden tahun 2024 juga akansangat strategis bagi Partai Gerindr, agar dapat menghadirkan efek ekor jas (coattail effect)

"Karena pemilihan presiden dan pemilihan legislatif mendatang akan kembali berlangsung bersamaan dalam satu hari, sebagaimana tahun 2019 lalu," ucapnya.

Komposisi dari Ganjar-Pak Bowo kurang representatif

Di lain sisi, Bawono menilai, pasangan Ganjar-Pak Bowo kurang pas secara komposisi. Pasalnya, kedua figur tersebut cenderung dipersespikan pemilih berlatarbelakang nasionalis.

"Berbeda apabila komposisi Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar. Komposisi ini jauh lebih representatif (karena berlatar) nasionalis-religius," jelasnya.

Dengan menggandeng Muhaimin Iskandar melalui koalisi Partai Gerindra dan PKB juga berpotensi memperluas dukungan basis massa dari pemilih Muslim, terutama kalangan Nahdatul Ulama. Apalagi dalam dua pemilihan presiden lalu, Pak Bowo sering dilekatkan dengan dukungan dari kelompok-kelompok Muslim konservatif seperti FPI.

"Partai Gerindra harus belajar dari kekalahan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019. Sangat penting untuk bisa dapat memperkuat dukungan basis massa pemilih Muslim tradisional Nahdatul Ulama notabene adalah organisasi keagamaan besar di Indonesia," ucap Bawono.sinpo

Komentar: