Akhir yang Indah untuk Lionel Messi
Final Piala Dunia 2022 ternyata bisa menjadi akhir yang indah bagi mega bintang sepak bola, Lionel Andres Messi. Negaranya, Argentina, menang 4-2 dalam adu penalti lawan Prancis, setelah keduanya bermain imbang 3-3. Pertandingan yang indah. Pertandingan yang sangat dramatis.
Argentina unggul lebih dulu, 2-0 lewat gol Messi (penalti menit ke 23) dan Di Maria (36’), disamakan 2-2 oleh Mbape (80’, p dan 81’). Lalu Argentina unggul lagi lewat Messi pada menit ke 108, tapi disamakan Mbape 10 menit kemudian!
Final Piala Dunia 18 Desember 2022 kemarin juga menjadi panggung dua bintang Argentina dan Prancis, Lionel Messi dan Kylian Mbape. Pertanyaan bernada penasaran “Siapa yang terbaik di antara keduanya”, memang mengemuka. Sebab keduanya telah menunjukkan tarian yang indah di partai semi final, ketika Argentina menundukkan Kroasia (3-0), dan Prancis mengalahkan Maroko (2-0).
Momen saat mana Messi meliuk-liuk indah menundukkan bek tangguh Kroasia, Gvardiol, sebelum memberikan assist ke Julian Alvarez yang berujung gol ketiga Argentina pada menit ke 69, diputar berulang-ulang di berbagai stasiun TV, maupun kanal Youtube, dan lainnya.
Messi ibarat penari balet yang menunjukkan tarian indah di sepakbola, mempermalukan “satpam” Kroasia yang tinggi besar itu. Gvardiol yang juga pemain RB Leipzig Jerman itu pun mengakui, “Messi tak bisa dikawal hanya oleh satu orang.”
Demikian pun aksi Mbape sewaktu lawan Maroko. Sepanjang pertandingan, bintang PSG itu nyaris tak diberi ruang. Dua hingga empat pemain lawan ketat menjaganya. Tapi masuk menit 79, Mbape meliuk-liuk melewati tiga bek Maroko, lalu memberikan assist ke Randal Kolo Muani, yang belum semenit menggantikan. Ousmane Dembele.Kolo Muani ibarat mendapatkan rejeki nomplok, tinggal memasukkan bola ke gawang yang lowong!
Di partai puncak semalam, baik Messi maupun Mbape tidak hanya menunjukkan tarian indah, tapi juga tarian yang mematikan! Messi menghasilkan dua gol, sementara Mbape tiga gol. Dan masing-masing kemudian menyumbang satu gol di babak adu penalti.
Tidak ada yang yang lebih unggul di antara keduanya. Mereka berdua adalah pemenang. Penghargaan dari FIFA World Cup 2022 ini –di mana Messi dapat Golden Ball award (pemain terbaik), dan Mbape menyabet Golden Boot Award (pencetak gol terbanyak)—, hanyalah sebagian buktinya. Yang lebih penting, penampilan mereka di Piala Dunia Qatar kali ini telah membuat decak kagum pecinta sepekbola sejagat raya!
Siaran BBC World News merekam momen-momen menarik di sebuah bar di Prancis. Ketika tertinggal lebih dulu, wajah para pengunjug yang nobar di café itu tampak galau. Saat Prancis berhasil menyamakan kedudukan, mereka teriak histeris dan berpelukan. Sebagian tampak menangis haru. Saat babak penalti berakhir, mereka kembali menangis sedih.
"Bagi saya, pemenang nya adalah Mbape. Di hati saya, dia adalah bintang…,” kata pengunjung nobar perempuan di café itu, yang matanya masih sembab karena menangis sedih.
Ya, Messi dan Mbape adalah sinar-sinar terang yang memberikan warna indah di dalam sepak bola. Ibarat matahari, Messi yang berusia 35 tahun adalah sinar di sore hari, sementara Mbape (23) sinar di pagi hari. Messi menjelang redup, Mbape akan bersinar lebih terang lagi di waktu mendatang.
Jalan Tidak Mudah
Sekalipun berakhir dengan indah, jalan yang dilalui Argentina sungguh tidak mudah. Panampilan mereka di awal, sempat menyiratkan pesimisme. Mereka kalah 1-2 dari Arab Saudi, yang di atas kertas akan mudah mereka kalahkan.
Maka pelatih Argentina Lionel Scaloni (44 tahun) –pelatih termuda Piala Dunia Qatar kali ini yang di Piala Dunia 2006 bermain bersama Messi— harus memutar otak untuk memperbaiki dan meracik timnya terus menerus di pertandingan pertandingan berikutnya.
Arab Saudi memang berhasil mengalahkan Argentina. Tetapi sesungguhnya tim padang gurun yang para pemainnya punya dribel menawan itu, berperan besar sebagai “vaksin” bagi Argentina, yang memperkuat Tim Tango itu di partai partai berikuktnya, hingga jadi juara.
Pertandingan sangat berat yang harus dilalui oleh Argentina adalah ketika melawan Belanda. Komentator televisi yang menyiarkan pertandingan itu, menjerit histeris, "Argentina still alive! Messi still alive!", ketika tendangan penendang ke lima Argentina dalam adu penalti memastikan kemenangan tim Tanggo itu atas Belanda 4-3, setelah mereka bermain seri 2-2 di partai perempat final 10 Desember lalu.
Yang disebut sebut nama Messi. Bukan Lautaro Martinez, si penentu kemenangan! Histeria komentator sepakbola partai perempat final itu boleh jadi berkiait erat dengan partai sebelumnya, saat favorit juara Brasil ditumbangkan Kroasia 2-4 (1-1) dalam adu penalti.
Prosesnya kurang lebih serupa. Brasil unggul lebih dulu di awal babak. Perpanjangan lewat gol yang rumit dan cerdas dari Neymar menit ke 105+1, tapi disamakan Petkovic menit ke 117, hingga terjadilah adu penalti itu.
Di perempat final empat jam berikutnya, Argentina unggul lebih dulu 2-0, melalui Molina (menit ke 35) dan Messi (73’, penalti), lalu disamakan Belanda lewat Weghorst (83’, dan 90+11’). Beberapa detik sebelum pertandingan waktu normal usai.
Brasil dan Argentina memang diunggulkan untuk saling bertemu di babak semifinal. Namun Brasil tumbang, setelah unggul, disamakan, lalu kalah di adu penalti. Penonton seluruh dunia juga pasti akan berpikir serupa dengan Argentina. Unggul dulu, disamakan, lalu nasibnya ditentukan di adu penalti.
Kenyataannya, "Argentina still alive! Messi still alive!” Ya, sang megabintang sepekbola Lionel Messi terus menari di pertandingan-pertandingan berikutnya, hingga ia mengangkat tropi World Cup. Hampir pasti ini akan menjadi tarian terakhir (last dance) Messi di pentas Piala Dunia.Tutup buku yang indah.***
*Maksim D Prabowo, jurnalis senior tingal di Kota Semarang)