Sandiaga Tegaskan Tak Setuju Jika Kebaya Jadi Warisan Budaya Multinasional

Laporan: Sinpo
Selasa, 29 November 2022 | 22:50 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno/ Instagram Sandiaga Uno
Menparekraf Sandiaga Uno/ Instagram Sandiaga Uno

SinPo.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno angkat bicara terkait rencana Singapura mendaftarkan kebaya sebagai salah satu daftar warisan budaya tak benda UNESCO. Kebaya rencananya didaftarkan sebagai warisan budaya multinasional dengan Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Sandiaga mengaku, pihaknya tengah berupaya mendorong dan menguatkan keputusan pemerintah yang telah menyepakati kebaya untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, melalui mekanisme single nomination, tanpa melibatkan negara-negara lain dalam proses pengajuan. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil rapat yang dilakukan antara Komisi X DPR RI, Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenko PMK RI, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, dan Komunitas kebaya.

"Ini tentunya budaya luhur milik anak bangsa dan telah diputuskan untuk menjadi single nomination. Dan tentunya kita akan mendorong dan menguatkan agar kebaya diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia untuk kemajuan pergerakkan ekonomi, dan juga terciptanya peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat kita dalam meningkatkan taraf hidupnya,” kata Sandiaga Uno melalui keterangan pers, Selasa 29 November 2022

Sandiaga juga menjelaskan, inkripsi kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO sendiri dapat dilakukan melalui single nomination dan multi-national (joint) nomination seperti yang dilakukan oleh Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei.

Perlu diketahui, pada 23 November 2022 keempat negara tersebut telah mendeklarasikan kebaya untuk diajukan ke Intergovernmental Committee Intangible Culture Heritage and Humanity (IGC ICH) UNESCO dan mengajak negara-negara serumpun termasuk Indonesia untuk bergabung.

Akan tetapi, lanjut Sandiaga Uno, Indonesia memilih untuk menempuh prosedur single nomination. Mengingat saat ini Indonesia memiliki satu berkas aktif cycle, yaitu Budaya Sehat Jamu yang akan dibahas dalam IGC ICH UNESCO di 2023.

Sedangkan tiga berkas non-aktif cycle yakni dokumen berkas pengusulan, kata Sandiaga sudah diterima oleh ICH UNESCO, namun belum masuk sebagai agenda pembahasan IGC ICH Meeting, yaitu Reog Ponorogo, Tenun, dan Tempe. Masing-masing pengajuan membutuhkan kurang lebih dua tahun sebelum diakui oleh UNESCO.

“Secara prosedur, single nomination tiap negara hanya memiliki kuota sebanyak satu budaya per dua tahun untuk mengajukan pencatatan kebudayaan kita sebagai warisan budaya tak benda. Sedangkan joint nomination dapat diajukan oleh dua atau lebih negara secara bersama-sama kepada UNESCO setiap tahun sekali tanpa mengurangi kuota yang dimiliki negara tersebut,” jelas Sandiaga Uno.

Indonesia, kata Sandiaga, tidak hanya kaya akan alam yang indah tapi juga budaya serta tradisi. Sejak 2013 Kemendikbudristek mencatat Indonesia memiliki 1.528 warisan budaya tak benda yang bisa diajukan ke UNESCO. Dan jika semua diusulkan ke UNESCO dibutuhkan 3.000 tahun karena hanya bisa diakomodir setiap dua tahun.

“Dan UNESCO terus mendorong agar setiap negara mengembangkan status dari warisan budaya tak bendanya, sehingga mereka berkembang dari status negara yang tadinya tidak memiliki kebudayaan yang bisa diangkat, menjadi negara yang berkembang dan cenderung menjadi negara maju,” pungkasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI