Sukamta: Kemerdekaan Palestina Bukan Sekedar Angan-Angan

Redaksi
Senin, 06 November 2017 | 12:48 WIB
Foto: Ilustrasi
Foto: Ilustrasi

Jakarta, sinpo.id - Okupasi Israel atas Palestina sudah 50 tahun terjadi sejak tahun 1967, meskipun sesungguhnya penjajahan Israel atas bangsa Palestina sudah terjadi sejak Israel deklarasi sebagai negara tahun 1948 atau 69 tahun yang lalu. Tapi, selama itu kemerdekaan Palestina secara penuh juga belum terwujud hingga hari ini meski perundingan demi perundingan, perjanjian demi perjanjian telah dilakukan.

Ada faktor internal dan eksternal yang memengaruhi. Faktor internalnya adalah ketidaksolidan Palestina. Faktor eksternalnya yaitu dinamika sikap politik elit negara-negara besar seperti misalnya AS di bawah Trump, menguatnya kelompok ultra kanan di Eropa dan negara-negara Timur Tengah sendiri yang sibuk dengan konflik masing-masing.

Namun perkembangan kondisi internal Palestina hari ini cukup signifikan dengan ditandatanganinya rekonsiliasi antara Hamas dengan Fatah yang selama 1 dekade berseteru. Berbagai motif rekonsiliasi seperti faktor krisis kemanusiaan, ekonomi dan politik baik secara internal maupun eksternal turut memengaruhi terlaksananya rekonsiliasi ini. Namun terlepas dari itu semua, rekonsiliasi tadi patut kita rawat dan jaga karena salah satu syarat kemerdekaan telah terpenuhi, yaitu soliditas Palestina.

Indonesia sebagai salah satu anggota OKI dapat terus menggalang dukungan internasional untuk Palestina. Di antaranya dengan mendorong OKI agar membentuk komite khusus yang bertugas menindaklanjuti 23 isi kesepakatan KTT Luar Biasa OKI pada tahun 2016 lalu di Jakarta yang lebih dikenal dengan Deklarasi Jakarta. Termasuk untuk menindaklanjuti rekonsiliasi Hamas-Fatah agar tetap bertahan mengingat rekonsiliasi-rekonsiliasi sebelumnya mengalami kegagalan. Perlu juga didorong dukungan internasional untuk terus meningkatkan status keanggotaan Palestina di PBB.

Sukamta yang merupakan Anggota Komisi I DPR RI pun angkat bicara. Menurutnya, Indonesia perlu menularkan dua jalur dalam mencapai kemerdekaannya, yakni perjuangan senjata dan perjuangan dalam diplomasi.

“Indonesia perlu menularkan pengalamannya dalam mencapai kemerdekaannya. Ada dua jalur yang ditempuh Indonesia, yakni perjuangan senjata dan perjuangan diplomasi di forum-forum internasional. Contohnya perjuangan perang gerilyaPanglima Besar Jenderal Soedirman dengan tentaranya yang dapat menguatkan posisi Indonesia di forum internasional dan memaksa Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia secara penuh,” ungkap Politisi PKS ini kepada sinpo.id melalui keterangan tertulisnya, Rabu (1/11).

Hal tersebut disampaikan Sukamta pada Seminar Internasional dengan tema "50 years of Israeli's occupation on Palestina Territories" yang diselenggarakan oleh Amnesty International bekerja sama dengan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Rabu 1 November 2017 di Kampus UI Salemba, Jakarta.

Acara ini juga dihadiri oleh Usman Hamid (Amnesty International), Lina Fattom (Amnesty International Palestine), Makarim Wibisono (pakar), M. Luthfi Zuhdi (direktur SKSG UI), Desra Percaya (Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Kemenlu RI) dan Kedubes Palestina.

Beliau melanjutkan, dengan cara seperti itu kita harapkan jalan terang menuju Palestina merdeka bukanlah hanya angan-angan.

“Dengan perjuangan senjata sekaligus perjuangan melalui diplomasi seperti itu, dan soliditas Palestina dengan dukungan penuh internasional, kita harapkan jalan terang menuju Palestina merdeka bukanlah mimpi,” tutupnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI