Ondel-Ondel, Budaya yang Masih Bertahan dalam Derasnya Arus Modernisasi

Laporan: Zikri Maulana
Sabtu, 08 Oktober 2022 | 02:23 WIB
Ondel-ondel (wikipedia)
Ondel-ondel (wikipedia)

SinPo.id -  Ondel-ondel adalah budaya yang tak terpisahkan dari adat Betawi, sekaligus menjadi ikon kota Jakarta. Bagi warga Jakarta, mungkin sudah tidak asing lagi dengan ondel-ondel sebagai kesenian khas daerah. 

Boneka berukuran sekitar 2,5 meter itu, sering ditemui dalam perayaan hari tertentu, bahkan kini dapat kita temukan di jalan-jalan, gedung, restoran dan tempat lainnya. 

Melansir dari laman wikipedia, ondel-ondel adalah bentuk pertunjukkan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. 

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. 

Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.

Ondel-ondel di daerah lain. 

Sebenarnya ondel-ondel adalah tokoh yang dihilangkan pada sendratari Reog versi "Wengker" dari Ponorogo yang merupakan tokoh sepasang makhluk halus dengan tubuh raksasa, tetapi karena mengganggu perjalanan Singo Barong, maka dikutuklah mereka menjadi burung gagak dan burung merak dalam bentuk raksasa pula. Namun pada pemerintahan Bathara Katong, tokoh-tokoh yang tidak terlalu penting dihilangkan.

Di dalam kesenian Jathilan, dikenal dengan nama Genderuwo Gede, di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, yang sudah ada sejak pasca Perang Bubat yang dibawa pejabat sunda yang masih hidup dengan membawa Angklung Reog, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung yang merupakan jenis Barong Bali yang dibawa Raja Airlangga saat menyelamatkan diri. Menurut perkiraan, jenis pertunjukan ini sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.

Asal mula. 

Mulanya, ondel-ondel pada zaman dahulu digunakan sebagai penolak bala dan penjaga kampung. Biasanya ia diarak saat ada pagebluk (wabah) yang melanda kampung, selametan, hajatan besar (Cap Go Meh, dll.) atau sedekah bumi setelah panen raya. 

Karenanya bentuk ondel-ondel laki-laki yang asli lebih seram dengan mata melotot dan adanya gigi taring. Awalnya ia juga dikenal dengan sebutan "barongan". Kata "ondel-ondel" menjadi lebih populer ketika Benyamin Sueb membawakan lagu "Ondel-ondel" pada tahun 1971 dalam irama gambang kromong yang digubah oleh Djoko Subagyo. 

Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, atau diarak untuk mengamen. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta. sinpo

Komentar: