Inggris Digentayangi Krisis Ekonomi, Biaya Hidup Melonjak Secara Drastis

Laporan: Sinpo
Kamis, 29 September 2022 | 03:53 WIB
Ilustrasi krisis ekonomi di Inggris. Foto: IStock
Ilustrasi krisis ekonomi di Inggris. Foto: IStock

SinPo.id - Inggris tengah dilanda krisis ekonomi yang membuat warganya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah inflasi, dengan harga bahan pangan dan energi yang melonjak secara drastis.

Bank Inggris mencatat kenaikan inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Mei 2022 mencapai 9,1 persen. Angka itu juga diperkirakan tidak akan turun di bawah 2 persen hingga tahun 2024.

Di sisi lain, pendapatan warga juga tidak mengikuti kenaikan harga yang begitu cepat. Jadi, apabila disesuaikan dengan inflasi, maka gaji reguler Inggris yang diberikan pada bulan April 2022 justru turun sebesar 2,2 persen.

Survei menunjukkan, 67 persen orang dewasa di  Inggris berpikir bahwa Brexit membuat biaya hidup lebih tinggi. Sementara, lima persen percaya sebaliknya.

Bersamaan dengan itu, pemerintah Inggris berupaya menangani krisis dengan mengumumkan serangkaian program bantuan kepada masyarakat.

Dikutip Statistica, Selasa, 27 September 2022, setiap rumah tangga Inggris memperoleh tanggungan listrik dari pemerintah sebesar Rp 6,5 juta selama musim gugur. Sementara itu, delapan juta rumah tangga berpenghasilan rendah juga menerima bantuan biaya hidup sebesar Rp 10 juta.

Namun, banyak yang merasa bahwa kebijakan  pemerintah dalam mengantisipasi krisis tidak tepat. Hampir separuh orang dewasa Inggris mengatakan mereka sangat tidak puas dengan langkah pemerintah.  

Dengan biaya hidup yang tinggi, warga Inggris harus terus menghemat uang dengan mengurangi makan di luar, belanja barang atau pakaian, hingga mematikan lampu serta perangkat elektronik lainnya.

Tingkat inflasi yang tinggi semakin diperparah dengan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan berkurangnya pasokan makanan dan energi, dua sektor pemicu terbesar dari inflasi yang tinggi. 

Khususnya pada kenaikan harga energi yang begitu berdampak pada seluruh sektor ekonomi dan rumah tangga Inggris, terutama setelah kenaikan batas harga energi perunit pada April 2022.

Dilansir CNBC, otoritas energi Inggris Ofgem berencana untuk menaikan tarif batas atas listrik rumah tangga pada Oktober mendatang hingga 3.549 pound atau Rp 60,7 juta setahun. Padahal, sebelumnya tarif batas atas hanya menyentuh angka 1.971 pound atau Rp 33,7 juta.

Apabila kenaikan harga terus berlanjut hingga bulan Oktober, maka rumah tangga Inggris akan merasakan lebih banyak tekanan menuju musim dingin. 

 sinpo

Komentar: