Media Asing: Ekonomi RI Stabil Berkat Kebersamaan Pak Bowo dan Jokowi
SinPo.id - Kondisi politik yang stabil saat ini telah membantu perekonomian Indonesia. Salah satu faktornya adalah keputusan Prabowo Subianto, yang merupakan rival dari Presiden Joko Widodo untuk berada di pemerintahan selepas pilpres 2019.
Dalam artikel yang diterbitkan media asing Financial Times dan The Straits Times berjudul “Indonesia’s unexpected success story” mengutip pernyataan Mantan Menteri Luar Negeri Singapura, George Yeo yang menyebut Indonesia saat ini menganut sistem demokrasi dengan karakteristik orang Jawa.
"Bahwa kita akan kampanye dengan keras, kita akan memanggil nama satu sama lain tetapi ketika surat suara dihitung dan kita semua tahu berapa proporsi relatifnya, kita akan membentuk kabinet koalisi,” ujar George menggambarkan politik Indonesia.
Dengan seperti ini, menurut George, kondisi Indonesia stabil dalam berbagai hal, lantaran demokrasi terpimpin yang dianut Indonesia tidak merugikan kawan dan lawan. Dia mencontohkan bergabungnya Prabowo ke pemerintahan.
George menyebut Prabowo dan Jokowi berkampanye dengan sengit jelang pilpres 2019 tetapi sekarang bergabung ke pemerintahan menjadi menteri pertahanan.
Tak hanya di bidang politik, ekonomi Indonesia juga stabil setelah Prabowo bergabung ke kabinet Jokowi. Investor mengatakan stabilitas politik ini telah membantu perekonomian. Dengan Inflasi yang relatif rendah, Bank Sentral Indonesia hanya menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada Agustus menjadi 3,75 persen.
Perbankan juga masih sehat dan ekspor pun booming, bukan hanya dari komoditas.
Omnibus Law yang ditandatangani Jokowi untuk melonggarkan peraturan ketenagakerjaan guna membantu penciptaan lapangan kerja juga telah mendorong lebih banyak investasi asing karena beberapa produsen mendiversifikasi manufaktur jauh dari China.
Selain itu, banyak ekonom juga mengingatkan bahwa ekspor komoditas utama Indonesia, seperti batu bara dan minyak sawit, masih berperan besar dalam mendorong pertumbuhan. Meski harga komoditas bisa mulai kehilangan tenaga tahun ini karena ekonomi barat melambat.