Survei Litbang Sin Po, Ketokohan Pak Bowo Lampaui SBY dan Megawati
SinPo.id - Partai politik memiliki peran penting dalam proses pembentukan pemerintahan. Sistem Presidensial yang multipartai cenderung menghasilkan koalisi pemerintahan yang rapuh. Oleh karena itu, diperlukan ketokohan yang mumpuni agar koalisi pemerintahan kelak berjalan solid demi mewujudkan cita-cita negara.
Gelaran Pemilu 2024 sudah dekat. Para Ketua Umum Partai Politik (parpol) saat ini sudah pasang kuda-kuda. Safari politik antar ketua umum parpol marak dilakukan. Bahkan, telah menghasilkan beberapa koalisi seperti Koalisi Semut Merah (KSM) yang dibentuk oleh PKS dan PKB. Koalisi ini terkesan rapuh, karena PKB akhirnya mesra dengan Gerindra.
Pada 13 Mei 2022, Golkar, PAN dan PPP membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Koalisi ini juga terlihat rawan pecah, karena salah satu anggota koalisi yaitu PPP sedang mengalami konflik kepemimpinan di tingkat nasional dengan didepaknya Suharso Manoarfa sebagai Ketua Umum.
Pada pertengahan Juni 2022, terbentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) oleh Gerindra dan PKB. Koalisi ini terkesan solid. Sementara itu, 3 dari 9 Ketua Umum parpol yang tengah berkursi di Senayan yaitu PDIP, Nasdem dan Demokrat masing-masing masih bergerilya mencari teman koalisinya.
Dari 3 Koalisi Parpol yang sudah terbentuk, koalisi antara Gerindra dan PKB terlihat kompak. Faktor apa yang membuat koalisi ini terlihat solid?
Peneliti Litbang Sin Po Syahrial Mayus mengatakan, ketokohan Ketua Umum atau Elite Parpol menjadi kunci. Syahrial kemudian menyampaikan bahwa dari sembilan Ketua Umum Parpol, Ketokohan Prabowo Subianto berada paling puncak.
Merujuk hasil survei Litbang Sin Po yang dilakukan dalam rentang waktu 25 Juli hingga 2 Agustus 2022, Ketokohan pria yang karib disapa Pak Bowo 71,8 persen.
"Jadi begini, survei ini mencari tahu tentang kesan apa yang muncul dalam benak responden yang dalam pertanyaan terbuka disebutkan nama-nama partai politik," sebut Syahrial dalam keterangannya, Senin, 26 September 2022.
"Pertanyaannya, kesan apa yang muncul di benak bapak/ibu/saudara/I, saat disebut nama Gerindra, itu yang muncul Prabowo 71,8 persen, Kepala Garuda 5,4 persen, Berjiwa Nasionalis 3,7 persen dan seterusnya," ujar Syahrial.
Selanjutnya, pertanyaan yang sama kepada partai-partai lain. Saat disebut PDIP, muncul nama Megawati 40,4 persen, Kepala Banteng 18,4 persen, Jokowi 14,6 persen. Saat mendengar kata Golkar, muncul Pohon Beringin 35,6%, Soeharto 15,1 persen, Warna Kuning 8,2 persen.
Nasdem; Surya Paloh 46,1 persen, Warna Biru 10,0 persen, Partai Biru 9,5 persen. PKS; Partai Islam 71,1 persen, Ahmad Syaikhu 3,8 persen, Partai Baru 3,0 persen. PPP; Partai Islam 50,6 persen, Lambang Ka’bah 32,8 persen, Partai Baru 3,4 persen. PAN; Amien Rais 39,6 persen, Partai Islam 16,4 persej, Partai Muhammadiyah 6,9 persen. Demokrat; Susilo Bambang Yudhoyono 71,6 persen, AHY 6,9 persen, Partai Korupsi 2,1 persen.
Berikut urutan ketokohan masing-masing Ketua Umum/Elit Parpol:
- Prabowo Subianto 71,8 persen
- Susilo Bambang Yudhoyono 71,6 persen
-Surya Paloh 46,1 persen
- Megawati 40,4 persen
- Amien Rais 39,6 persen
- Soeharto 15,1 persen
- Ahmad Syaikhu 3,8 persen
Dijelaskan Syahrial, Pak Bowo sudah sangat nempel sebagai tokoh di Gerindra. Sementara itu, di Partai Demokrat nama SBY masih menjadi tokoh sentral, dan nama AHY sudah mulai muncul namun masih jauh di bawah SBY.
Yang unik menurut Syahrial, nama Jokowi masih belum nempel ketat di PDIP. Malah yang muncul sebagai tokoh utama di PDIP masih Megawati.
“Ini artinya, hitam putihnya PDIP bukan di tangan Jokowi. Lebih uniknya, walaupun Amin Rais sudah tak lagi di PAN, namun nama Amin Rais masih sangat kuat menempel di PAN,” kata Syahrial.
Hampir sama dengan PAN, Golkar yang muncul justru Pak Harto. “Artinya, sejak Golkar ada, belum ada tokoh yang muncul mampu menandingi ketokohan Pak Harto,” imbuhnya.
Eksistensi pemimpin politik dianggap penting karena keberadaannya sangat dibutuhkan di setiap aktivitas politik. Aktivitas politik tersebut dapat meliputi komunikasi, yang mana bukan hanya pesan politik saja yang berpengaruh, namun siapa tokoh politik serta dari lembaga mana yang menyampaikan informasi atau pesan-pesan politik tersebut. Dengan kata lain ketokohan seorang komunikator dan latar belakang lembaga politik yang mendukungnya, sangat menentukan berhasil atau tidaknya dalam mencapai sasaran dan tujuannya.
Berdasarkan hasil survei, Syahrial Mayus menyimpulan, Ketokohan Ketua Umum Gerindra sangat mumpuni melampaui Ketokohan Ketum Parpol lainnya. Ini pertanda baik untuk membentuk koalisi permanen. Jika koalisi Gerindra mampu menghantarkan Prabowo sebagai presiden, maka variabel ketokohan ini akan sangat berpengaruh kepada efektivitas kinerja pemerintahannya kelak. Tentu ini juga akan membuat anggota koalisi merasa nyaman.
“Tentu, kinerja pemerintah yang efektif yang dinanti oleh masyarakat Indonesia,” pungkasnya.
Survei ini dilakukan pada 25 Juli hingga 2 Agustus 2022 dengan metode random sampling. Ada 1.200 dengan margin of error kurang lebih 2,83 persen, dengan tingkat kepercayaan.
Responden yang dijadikan sampel telah berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka langsung, dengan responden menggunakan kuesioner.

