Mengenang Partai Tionghoa Indonesia, Sebuah Catatan Sejarah Nasionalisme

Laporan: Edi Faisol
Minggu, 25 September 2022 | 21:16 WIB
Ungkapan dukungan pemuda Tionghoa kepada kemerdekaan Indonesia (Nationalgeographic.grid.id)
Ungkapan dukungan pemuda Tionghoa kepada kemerdekaan Indonesia (Nationalgeographic.grid.id)

SinPo.id -  Tanggal 25 September 2022 merupakan 90 tahun lalu lahirnya Partai Tionghwa Indonesia atau PTI pada 1930. Kelahiran PTI dikaji dalam diskusi  “90 tahun Partai Tionghoa Indonesia apa relevansinya di abad ke – 21”  oleh Roemah Bhinneka dan Universitas Ciputra secara daring minggu 25 september tadi malam.

Dalam pernyataanya sebagai pengantar diskusi, sejarawan Didi Kawartanada mengatakan PTI yang salah satu pendirinya Liem Koen Hian menyebut mendukung nasionalisme bersama golongan lain merebut kemerdekaan republik Indonesia.

“Dibuktikan dalam BPUPKI ada wakil PTI namanya Liem Koen Hian secara bulat mengharapkan nanti saat merdeka orang Tionghoa jadi warga negara Indonesia,” kata Didi Kawartanada, dalam diskusi “90 tahun Partai Tionghoa Indonesia apa relevansinya di abad ke – 21” secara daring, Minggu 25 September 2022 tadi malam.

Meski ia mengakui tak semua wakil Tionghoa di BPUPKI mendukung opsi kewarganegaraan, karena ada yang menolak.. Didi mengatakan hadirnya PTI setidaknya mencatatkan sejarah nasionalisme Indonesia bagi kalangan Tionghoa. “Tercatat dalam sejarah mengenai cita-cita orang Tionghoa,” kata Didi menjelaskan.

Ia menyebut tahun 2022 ini merupakan tahun spesial Partai Tionghoa Indonesia yang lahir 90 tahun dan 120 tahun lahirnya salah satu pendiri PTI  Liem Koen Hian.

Cendekiawan Yudi Latif  mengatakan partai Tionghoa muncul di Surabaya, sebagai pusat pergerakan halnya kota besar lain di pantai utara. “Surabaya halnya kota  pesisir seperti Jakarta dan Semarang menghadirkan tokoh pergerakan dan politik termasuk kalangan Tionghoa,” kata Yudi Latif.

Sayangnya, kata Yudi, PTI bubar saat kedudukan Jepang yang menutup seluruh partai politik . “Begitu pula partai lain, PTI bubar, Jepang lebih mengedepankan bentukan basis pengorganisasian militeristik,” kata Yudi menambahkan.

Ia menyebut, lahirnya PTI seiring dengan gagasan keIndonesiaan sejak 1920an ketika kelompok pergerakkan mengobarkan berbagai semangat membentuk nasionalisme lewat  blok perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Multi indetitas, semangat memperjuangkan kemerdekaan. Dalam proses pengorganisasian lewat beragam tradisi, termasuk Tionghoa di Hindia,” kata Yudi menjelaskan.

Beragam tradisi pergerakan saat itu bermacam-macam mulai Islam, Nasionalis, Kristen, sosilais dan kemiliteran termasuk ketionghwaan.

“Mereka merasa tempat hidup dan masa depan. Maka telibat membentuk imaginasi keIndonesiaan lewat partai,” katanya.

Dalam sejumlah literasi menyebutkan PTI hadir untuk menyadarkan peranakan Tionghoa di Hindia Belanda, ikut terlibat dalam gerakan kemerdekaan Indonesia.  Saat itu ada dua kelompok Tionghoa di Hindia Belanda: Chung Hwa Hui dan Sin Po. Keduanya berorientasi kepada nasionalisme Tiongkok.

Namun hadir Liem Koen Hian dan Ko Kwat Tiong sebagai kelompok ketiga yang muncul dengan memprakarsai Partai Tionghoa Indonesia.

Tercatat PTI sukses mengantarkan wakilnya masuk dalam Volksraad, namun partai itu PTI justru diambang-ambing. Liem Koen Hian mencurigai temannya sesama pendiri PTI, Ko Kwang Tiong, sebagai orang yang akan menghancurkan PTI.  Konflik di antara mereka membuat Liem keluar dari PTI pada 1939 dan memutuskan masuk sebagai anggota Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindo. (*)sinpo

Komentar: