Tok! MK Tolak Permohonan Legalisasi Ganja Medis

Laporan: Zikri Maulana
Rabu, 20 Juli 2022 | 12:48 WIB
Kantor Mahkamah Konstitusi/NRM News
Kantor Mahkamah Konstitusi/NRM News

SinPo.id -  Mahkamah Konstitusi (MK) menolak uji materi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terkait penggunaan ganja medis untuk kesehatan. 

Hal itu dinyatakan MK dalam putusan perkara nomor 106/PUU-XVIII/2020.

Dalam putusannya, MK menolak uji formil Undang-Undang Narkotika tentang pasal-pasal larangan penggunaan narkotika golongan I.

"Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum. mengadili, satu, menyatakan permohonan pemohon V dan VI tidak dapat diterima. Dua, menolak permohonan para pemohon untuk seluruhnya," ujar Ketua MK Anwar Usman dalam sidang di Gedung MK yang disiarkan live dari chanel YouTube MK, Rabu 20 Juli 2022. 

Penolakan gugatan ini diputus dalam rapat pemusyawaratan hakim oleh hakim konstitusi yaitu Anwar Usman, kemudian, Aswanto, Suhartoyo, Enny Nurbaningsih, Daniel Yusmic P Foekh, Wahiduddin Adams, Arief Hidayat, Saldi Isra, dan Mahanan M.P.

Sebagai informasi, perkara ini awalnya digugat oleh Dwi Pertiwi, Santi Warastuti, Nafiah Murhayanti, Perkumpulan Rumah Cemara, Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), dan Perkumpulan Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat atau Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM).

Para pemohon dalam permohonannya meminta MK mengubah Pasal 6 ayat (1) UU Narkotika agar memperbolehkan penggunaan narkotika golongan I untuk kepentingan medis atau ganja untuk medis.

“Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan,” bunyi Pasal 6 ayat 1.

Mereka juga meminta Mahkamah Konstitusi untuk menyatakan Pasal 8 ayat (1) Inkonstitusional. Pasal itu berisi larangan penggunaan narkotika golongan I untuk kepentingan kesehatan.

“Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan," bunyi Pasal 8 ayat 1.sinpo

Komentar: