BI Akui Masih Sulit Kembangkan Rupiah Digital, Ini Masalahnya

Laporan: Tri Bowo Santoso
Selasa, 12 Juli 2022 | 21:54 WIB
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung. Foto: Antara
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung. Foto: Antara

SinPo.id - Bank Indonesia mengembangkan desain dan penerbitan Central Bank Digital Currency (CBDC). Selain itu, bank sentral juga tengah menyiapkan white paper pengembangan Digital Rupiah di akhir 2022.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menjelaskan, ada tiga masalah yang harus ditangani dengan serius saat merancang CBDC.

Pertama, penerapkan penerbitan dan distribusi yang efektif dan kuat.

"Kami perlu mengeksplorasi bagaimana kami dapat memanfaatkan kemampuan program CBDC fitur untuk memfasilitasi transfer uang tunai dan surat berharga secara efisien, serta untuk memberikan layanan inovatif baru kepada pelanggan," kata Juda di Side Event G20, Selasa (12/7/2022).

Masalah kedua, sambung Juda, uang digital bank sentral harus bisa menyasar seluruh masyarakat di Indonesia. Bukan hanya di kota, tapi juga di wilayah desa hingga wilayah terluar.

"Kita perlu mengeksplorasi bagaimana kita bisa mengaktifkan CBDC menyediakan jalur alternatif bagi masyarakat unbanked untuk membuka transaksional akun dan berpartisipasi dalam ekonomi digital formal," ungkapnya.

Selain itu, sambung Juda, Bank Sentral juga perlu mengonfigurasi desain yang sesuai.

Dengan begitu CBDC dapat diimplementasikan dengan baik tidak hanya di daerah perkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan dengan internet yang terputus-putus atau tidak terjangkau konektivitas.

Kemudian, imbuh Juda, masalah ketiga, memastikan interoperabilitas, interkonektivitas dan Integrasi. Bank sentral perlu menggali lebih dalam tentang bagaimana kami dapat mengaktifkan konektivitas dan interoperabilitas dengan CBDC lainnya.

"Dengan pembayaran domestik yang ada seperti RTGS, kliring sistem, ATM dan kartu debit," tandasnya.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI