Harga Migor Masih Tinggi, Legislator PKS Tuding Jokowi Ingkar Janji...!!

Laporan: Ari Harahap
Senin, 06 Juni 2022 | 10:44 WIB
Politisi PKS, Mulyanto/net
Politisi PKS, Mulyanto/net

SinPo.id - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto menuding Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingkar janji terkait penurunan harga minyak goreng (migor). 

Karena sebelumnya, dalam pertemuan Rakernas V Projo di Borobudur tanggal 22 Mei 2022 lalu, Jokowi berjanji satu dua minggu ke depan harga migor sudah akan turun sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi). 

Namun, hingga kini harga migor masih di atas HET, tak sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

"Hari ini sudah lewat dua minggu. Harga migor curah menurut PIHPS (Pusat Informasi Harga Pangan) Nasional per hari Senin (6/6) masih bertengger pada angka Rp 18.250 per kilogram. Padahal HET migor curah sebesar Rp. 15.500 per kilogram. Sementara harga migor keemasan sebesar Rp 26.450 per kilogram," ujar Mulyanto dalam keterangannya, Senin (6/6).

Dibandingkan dengan harga migor saat Presiden memberikan pernyataan di pertemuan Rakernas V Projo, kata Mulyanto, harga migor curah hari ini hanya turun sebesar Rp 500 per kilogram. 

"Sementara harga migor kemasan hanya turun sebesar Rp 250 per kilogram. Ucapan Presiden kembali tidak terbukti alias PHP," katanya. 

Meski kecewa karena Presiden tidak mampu memenuhi janjinya, namun, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI mengaku tidak kaget. Sebab, ini bukan kali pertama Presiden ingkar janji. Tapi sudah yang ke sekian kalinya.  

"Publik mencatat hal tersebut," kata politisi yang akrab disapa Pak Mul itu.

Ingkar janji dan PHP seperti ini, menurut Mulyanto hampir menjadi kebiasaan para pejabat tinggi di negeri ini. Hal yang tidak mendidik dalam membangun Indonesia sebagai bangsa yang berkarakter.  

Hal ini dapat membuat masyarakat putus harapan (hopeless) terhadap perbaikan bangsa ke depan.

"Kita perlu membangun budaya bangsa yang sedikit bicara, banyak kerja dan sedikit berjanji, banyak prestasi, bukan budaya ingkar janji dan rajin php," tegasnya. 

"Ini penting, karena para pemimpin adalah suri teladan, yang digugu dan ditiru bagi masyarakat kita yang secara umum masih menganut relasi patron-client," sambungnya. 

Mulyanto menambahkan, sudah hampir sepuluh bulan, gonjang-ganjing kasus migor ini berjalan. Banyak kebijakan pemerintah yang hanya bersifat buka-tutup dan terbukti gagal dalam mengendalikan ketersediaan dan harga migor.

Padahal survei menunjukkan, bahwa kemampuan pemerintah dalam mengendalikan ketersediaan dan harga migor berkorelasi positif dengan penerimaan dan kepuasan masyarakat atas kinerja Pemerintah. 

Begitu pula sebaliknya, kegagalan dalam mengelola migor akan dipersepsi negatif sebagai kegagalan Pemerintahan secara keseluruhan oleh masyarakat.

"Saatnya bagi Para balon Presiden pada Pilpres 2024 merumuskan solusi jitu bagi persoalan migor ini ke depan. Masyarakat menunggu kebijakan yang memihak mereka," tandasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI