Krisis Ekonomi, KBRI Ungkap Situasi Terkini Di Sri Lanka

Laporan: Azhar Ferdian
Jumat, 20 Mei 2022 | 19:34 WIB
Krisis ekonomi di Sri Lanka/Net
Krisis ekonomi di Sri Lanka/Net

SinPo.id - Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Sri Lanka mengungkap situasi di negara itu di tengah krisis ekonomi yang memicu pergolakan politik.

Minister Counsellor KBRI Sri Lanka, Heru Prayitno, menceritakan bahwa situasi di Sri Lanka saat ini cukup kondusif. Meski demikian, memang terjadi kelangkaan BBM dan kenaikan harga pangan hingga tiga kali lipat.

"Kelangkaan BBM tetap menjadi kendala dan masyarakat yang ingin membeli BBM harus mengantre berjam-jam," ujar Heru kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/5).

"Saya mengantre (untuk BBM) pada malam hari. Pengalaman saya kurang lebih satu jam, teman lain ada yang lebih dari satu jam."

Ketika ditanya soal pangan di Sri Lanka saat ini, Heru membeberkan bahwa harga bahan baku tersebut naik tiga kali lipat dari biasanya.

"Pangan masih tersedia dengan harga yang tiga kali lipat dari harga biasa. Ada pengaruh dari melemahnya nilai rupee Sri Lanka," kata Heru.

Heru menerangkan bahwa kenaikan barang tersebut menimpa hampir semua kebutuhan pokok dan sayur mayur.

Menurut Heru, harga beras yang tadinya 650 rupee (Rp26.500) naik menjadi 950 rupee (Rp39 ribu). Tak hanya itu, harga telur juga naik dari 340 rupee (Rp14 ribu) menjadi 395 rupee (Rp16 ribu).

Kenaikan tajam, kata Heru, terlihat pada susu. Harga susu naik dari 165 rupee (Rp7 ribu) menjadi 410 rupee (Rp17 ribu).

Di tengah kekacauan ini, Heru mengingatkan warga negara Indonesia di Sri Lanka untuk waspada, menaati ketentuan hukum, menjauhi massa, dan menjauhi lokasi demonstrasi.

Berdasarkan data KBRI, kini sekitar 270 WNI berada di Sri Lanka. Heru juga menekankan pihak KBRI masih belum mengeluarkan pengumuman yang mendesak WNI segera keluar dari Sri Lanka.sinpo

Komentar: