Nasib Terawan, Dokter Prestasi Dunia Yang Dipecat IDI

Laporan: Azhar Ferdian
Minggu, 17 April 2022 | 19:30 WIB
Terawan Agus Putranto/SinPo
Terawan Agus Putranto/SinPo

SinPo.id -  Pemecatan secara permanen mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menuai polemik.

Banyak pihak menyebut pemecatan Terawan dari keangotaan IDI tidak sah dan bernuansa politik.

Isu pemecatan Terawan bukan pertama kali terjadi. Pada 2018 lalu juga beredar surat keputusan pemecatan sementara karena Terawan dinilai menyalahi kode etik kedokteran melalui metode cuci otak yang dia lakukan.

Mekanisme pemecatan permanen Terawan dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Isinya secara resmi memecat mantan Menteri Kesehatan RI Prof Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K) sebagai anggota IDI secara permanen.

Keputusan tersebut merupakan hasil rapat khusus MKEK dalam Muktamar PB IDI ke-31 di Banda Aceh, pada Jumat 25 Maret 2022. Rapat tersebut mengeluarkan tiga keputusan terkait pemecatan dr Terawan.

"Surat tim khusus MKEK Nomor 0312/PP/MKEK/03/2022 memutuskan menetapkan, pertama meneruskan hasil keputusan rapat sidang khusus MKEK yang memutuskan pemberhentian permanen sejawat Prof Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K) sebagai anggota IDI," ujar salah satu presidium sidang dalam video yang dikutip dari akun Instagram @pandu.riono, Sabtu (26/3).

"Kedua, ketetapan ini, pemberhentian dilaksanakan oleh PB IDI selambat-lambatnya 28 hari kerja. Ketiga, ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan," tambahnya.

Sementara dalam keterangan akun twitter @Blogdokter menjelaskan, konsekuensi dari dipecat-nya dr Terawan sebagai anggota IDI adalah tidak lagi bisa mendapatkan rekomendasi dari IDI untuk mengurus Surat Ijin Praktek.

"Jadi, dokter Terawan tidak bisa lagi praktek melayani pasien di Indonesia karena tidak memiliki SIP," tulis keterangan tersebut," tulis keterangan tersebut.

Dari surat tersebut terdapat tiga alasan pemecatan Terawan, di antaranya melakukan pelanggaran etik berat (serious ethical musconduct) dan tidak ada itikad baik.

Isi Surat Pemecatan Dokter Terawan

"Bersama ini kami sampaikan hasil keputusan MKEK pasca Rapat Pleno MKEK Pusat IDI tanggal 8 Februari 2022 yang turut mempertimbangkan Rapat Koordinasi MKEK Pusat IDI bersama dengan MKEK IDI Wilayah dan Dewan Etik Perhimpunan pada tanggal 29-30 januari 2022 pada sesi tentang dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad, sebagai berikut:

1. Bahwa MKEK telah menetapkan SK MKEK No. 009320/PB/MKEK-Keputusan/02 tertanggal 12 Februari 2018 tehadap Dr Terawan Agus Putranto, Sp. Rad.

2. Bahwa Hasil Muktamar IDI XXX Tahun 2018 menyatakan Khusus menyangkut kasus Dr Terawan Agus Putranto, Sp. Rad agar Muktamar menguatkan putusan MKEK tersebut dan menyatakan bahwa Dr Terawan Agus Putranto. Sp Rad telah melakukan pelanggaran etik berat (serious ethical musconduct) dan agar Ketua PB IDI segera melakukan penegakan keputusan MKEK yang ditunda demi menjaga kemuliaan dan kehormatan profesi luhur Sp Rad maka Muktamar memerintahkan pengurus besar IDI untuk melakukan pemecatan tetap sebagai anggota IDI."

3. Bahwa didapatkan dugaan tidak dijumpainya itikad baik dari Dr Terawan Agus Putranto sepanjang Tahun 2018-2022 yaitu:

a. Yang bersangkutan belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK No. 009320/PB/MKKEK-Keputusan/02/2018 tertanggal 12 Februari 2018 hingga hari ini.

b. Yang bersangkutan melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai.

c. Yang bersangkutan bertindak sebagai Ketua dari Perhimpunan Dokter Spesialis Radiolog Klinik Indonesia (PDSRKI) yang dibentuk tanpa melalui prosedur yang sesuai dengan Tatalaksana dan Organisasi (ORTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI.

d. Menerbitkan Surat Edaran nomor 163 I AU / Sekr PDSRKI / XII 12021 tertanggal 11 Desember 2021 yang berisikan instruksi kepada seluruh ketua cabang dan anggota PDSRKI di Seluruh Indonesia agar tidak merespon ataupun menghadiri acara PB IDI.

e. Yang bersangkutan telah mengajukan permohonan perpindahan keanggotaan dari IDI cabang Jakarta Pusat ke IDI cabang Jakarta Barat, yang salah satu syaratnya adalah mengisi form mutasi keanggotaan yang berisi pernyataan tentang menjalani sanksi organisasi dan/atau terkena sanksi Ikatan Dokter Indonesia."

Pemecatan Dinilai Tidak Sah

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad menegaskan bahwa Dokter Terawan Agus Putranto saat ini masih menjadi anggota IDI. mMenurut Dasco, tidak sah lantaran pengurus lama organisasi kedokteran tersebut sudah demisioner. Sementara pengurus baru IDI sejauh ini belum dilantik.

"Saya bilang masih sebagai anggota IDI, karena saya anggap pemecatan itu tidak sah," kata Dasco saat ditemui wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (28/3).

Dasco berharap kejadian serupa berupa pemecatan keanggotaan organisasi, hanya dilakukan sepihak tanpa pembicaraan dengan pihak-pihak lain dalam organisasi tersebut.

"Kejadian-kejadian seperti ini tidak boleh terulang, dimana hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh sebuah organisasi, dilakukan orang per orang." tegas Dasco.

Dasco menegaskan, Komisi IX DPR juga akan turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Nantinya Komisi IX diminta untuk melakukan kajian komprehensif terkait undang-undang praktek kedokteran di Indonesia.

"Kita nanti akan minta betul kepada Komisi IX untuk melakukan kajian yang komprehensif undang-undang peraktek kedokteran dan undang-undang pendidikan kedokteran," kata Dasco.

Nanti berdasarkan hasil kajian Komisi IX DPR RI, akan jelas duduk perkara terkait pemecatan Dokter Terawan dari IDI.

Alasan IDI Tak Sesuai Kaidah Keilmuan

Sikap IDI juga menjadi perhatian Komisi IX DPR RI. Alasan pemecatan dokter Terawan pun dipertanyakan. Mengingat, banyak prestasi yang dilakukan Terawan.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi Golkar Melkiades Laka Lena juga menyayangkan sikap IDI yang memecat dokter Terawan. Pasalnya, Terawan yang pernah melakukan sejumlah inovasi dalam dunia kedokteran sudah seharusnya diapresiasi, bukan sebaliknya.

"Harusnya kita berikan apresiasi bukan memberikan sanksi apalagi dalam bentuk pemecatan oleh MKEK IDI ini," katanya, Selasa (29/3).

Selain itu, Melki juga menyesalkan sikap IDI yang menilai Terawan melanggar kode etik karena mempromosikan metode digital subtraction angiography (DSA) atau yang lebih dikenal dengan terapi ‘cuci otak'.

Menurutnya, dalam konteks kesehatan yang utama adalah bagaimana bisa memastikan bahwa pelayanan kesehatan itu prioritas bagi masyarakat. Baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan maupun dalam mengobati penyakitnya.

"Sehingga yang menjadi konsideran atau alasan 3 alasan yang membuat bahwa Pak Terawan itu dianggap kode DSA cuci otaknya tidak memenuhi kaidah keilmuan," katanya.

DSA sendiri, sepengetahuan Melki, sudah puluhan ribuan orang yang terbantu dan juga sudah ada di berbagai RS se-Tanah Air.

"Jadi artinya, sudah digunakan dibuktikan dan dirasakan manfaatnya. Demikian pula vaksin Nusantara, sudah banyak orang yang juga dan dirasakan manfaatnya," ujar Politkus Golkar ini.

"Nah tentu hal-hal semacam ini harus betul-betul kita apresiasi dan jangan sampai justru malah dipakai untuk menjadi alasan untuk memecat Pak Terawan karena faktor-faktor yang sekali lagi masih bisa dikomunikasikan antara MKEK IDI dan dokter Terawan," demikian Melki.

Prabowo Ikut Prihatin

Tak sedikit yang menyayangkan keputusan pemecatan dokter Terawan. Bahkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ikut angkat bicara soal hal pemberhentian tersebut.

Menurutnya, ia melihat sosok dokter Terawan merupakan aset bangsa yang memiliki terobosan di bidang medis dan teknologi.

Menhan Prabowo lantas menceritakan pengabdian dan prestasi dokter Terawan, hingga dikenal di kancah internasional. Ia juga mengaku sebagai pasien yang telah diselamatkan, sehingga bisa kuat berpidato sampai lima jam.

Ada banyak hal lain yang membuat Prabowo turut prihatian dengan pemecatan dokter Terawan.

Prestasi Diakui Dunia

Pemecatan Terawan tentu bertolak belakang dengan prestasinya di kancah internasional. Pemecatan tersebut bisa jadi bukti bahwa sepak terjang Terawan di kancah dunia tidak diakui oleh kalangan profesi di negeri sendiri.

Dokter Terawan pernah menerima penghargaan berupa Lifetime Achievement Award dari Ketua Umum Leprid Paulus Pangka di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada 17 Juni 2019. Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) memberikan apresiasi berupa Lifetime Achievement Award kepada Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta, Mayjen TNI Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad (K) RI.

Apresiasi ini diberikan atas prestasi Terawan sebagai penemu metode cuci otak (brain wash) dengan modifikasi program Digital Subtraction Angiography (DSA) untuk penyakit stroke.

Terawan pernah didaulat menjadi Ketua International Committee on Military Medicine (ICMM). Pria berjuluk dokter cuci otak itu harus memimpin para dokter militer dari 114 negara.

Jabatan bergengsi tersebut mengharuskan Terawan memimpin sidang konferensi regional ICMM Pan European ke-4 di Paris pada pertengahan tahun 2016. Sebuah prestasi dari penggagas terapi Brain Washing melalui metode diagnostik Digital Substraction Angiography (DSA) untuk Indonesia.

"Menjadi pemimpin dokter militer dunia itu tidak mudah. Saya harus berpidato bahwa Indonesia punya kemampuan, kesehatan Indonesia itu sudah maju, dan lain-lainnya," kata dokter Terawan di hadapan Ketua dan seluruh anggota Komisi I DPR RI saat sidak di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu, 4 April 2018.

Lebih lanjut, kepercayaan itu dr Terawan dapat setelah berhasil menyisihkan Austria, Rusia, dan India. Negeri Taj Mahal itu berada di posisi dua dan menjadi wakil Indonesia.

"Per November 2017 saya menyerahkan kepemimpinan saya ke India. Sekarang India menggantikan Indonesia," ujar dr Terawan.

Waktu menjabat Ketua ICMM, pangkat dokter Terawan masih Brigadir Jenderal. Dia sendiri tidak menyangka bisa memimpin semua Letnan Jenderal dan Jenderal dokter militer dari seluruh dunia.

"Mereka sangat menghormati kita meskipun pangkat saya rendah pada saat itu," katanya.

Terawan menjalankan tugasnya dengan penuh percaya diri karena jabatan itu berdasarkan surat perintah yang diberikan kepadanya. Dan menurut dr Terawan, Indonesia merupakan negara paling aktif dan sangat dihargai.

Keputusan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memecat secara permanen mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto masih menjadi kalangan legislator di DPR RI.

Bernuansa Politis

Anggota Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI, Ribka Tjiptaning, memandang pemecatan Terawan Agus Putranto terlalu mengada-ada dan kental dengan nuansa politis.

"Karena apa? Kalau dari sisi dokter kesalahan dia (Terawan) dari sisi dokter hampir tidak ada," ujar Ribka Tjiptaning kepada wartawan, Minggu (27/3).

Ribka mencontohkan, metode cuci otak ala Terawan yang dikenal DSA atau Digital Subtraction Angiography yang dipersoalkan IDI karena belum ada uji klinis di Indonesia. Namun, bagi dia, tidak ada kesalahan Terawan dalam metode tersebut.

"Pak Terawan dalam menjalankan DSA itu tidak pernah ada korban. Dari tingkat pejabat sampai rakyat biasa dilakukan dengan baik-baik," katanya.

Padahal, kata Ribka, banyak juga dokter-dokter yang melakukan malpraktek. Namun, karena ikatan kuat antarteman sejawat atau dokter, maka dokter-dokter lepas dari jeratan malpraktek itu sendiri.

"Bahkan masih banyak korbannya pasien atau masyarakat karena pembelaan MK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) karena ikatan teman sejawat itu seperti teman kandung," tuturnya.

Lebih mengherankan lagi, masih kata Ribka, IDI mempersoalkan Vaksin Nusantara yang sedang dikembangkan Terawan. Di mana, seharusnya Terawan diapresiasi karena memiliki jiwa nasionalisme tinggi dengan mengembangkan vaksin dalam negeri.

"Soal Vaksin Nusantara, saya rasa itu kan malah yang bagus ketika republik ini impor vaksin dari China, Pak Terawan jiwa nasionalismenya tinggi, dia tetap percaya Indonesia bisa menciptakan vaksin sendiri, Vaksin Nusantara," jelasnya

"Artinya berdaulat di bidang kesehatannya itu tinggi. Trisakti yang dimiliki itu sangat kuat dengan keyakinan suatu saat kita bisa membuat vaksin," jelas Ribka.

Soal nuansa politis, kata Ribka yang juga seorang dokter, IDI sebagai organisasi profesi bisa saja ditarik oleh kelompok tertentu dalam rangka menuju Pemilu Serentak 2024.

"Saya rasa ini ada unsur politis. Sekarang ini kan ada kongres, Munas apalah itu suasananya menuju 2024. Karena ini ada pergantian presiden, kita tahu semua organisasi. Itulah penilaian saya soal pemecatan dr Terawan sebagai orang yang top sebetulnya," tegasnya.sinpo

Komentar:
BERITALAINNYA
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Mandat Rakyat untuk Prabowo-Gibran
Sabtu, 23 Maret 2024
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Petaka Banjir Melanda
Sabtu, 16 Maret 2024
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Menekan Harga Beras
Sabtu, 02 Maret 2024