Prabowo Subianto: SDM Indonesia Masih Rendah, Bahkan Sebagai Kuli pun Kalah Saing

Oleh: Ardian Pratama
Senin, 18 September 2017 | 18:14 WIB
Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra - Foto: Istimewa
Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra - Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Prabowo Subianto sebagai anak ketiga dari Guru besar ekonomi Indonesia alm Soemitro Djojohadikusumo melihat kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia saat ini masih kalah jauh daripada negara-negara yang lain. Hal ini disebabkan Pemerintah yang tidak fokus dalam membangun SDMnya dari membangun skillnya, gizi dan juga membentuk karakternya.

"Kemarin saya diundang ke solidaritas Rohingya. Dari sisi solidaritas saya hadir. Saya sampaikan, kami dari Gerindra simpati ini adalah pelanggaran kemanusiaan. Tapi rakyat kita banyak yang susah. Kenapa pemerintah malah fokus ke mereka tidak ke SDM kita sendiri," ujarnya saat memberikan pidato di Universitas Indonesia, Depok, Senin (18/9/2017).

Ketua Umum Partai Gerin/ra ini menyinggung bahwa masyarakat di Jakarta saja banyak yang kurang air minum dan sepertiga dari anak-anak banyak yang kurang gizi.

"Dua pertiga anak-anak di NTT juga kurang gizi. Sel otak mereka tidak berkembang, fisik kurang kuat. Menjadi kuli saja tidak bisa kalah bersaing dengan SDM Vietnam dan Thailand. Bagaimana bisa bersaing dengan yang lain," cetusnya.

Dia mengungkapkan bahwa dulu ada teman bisnisnya dari Thailand yang melakukan kerjasama di Perikanan tapi harus menggunakan awak kapal dari Indonesia, yang tertuang dalam bentuk perjanjiannya.

"Tapi ternyata SDM kita malu-maluin karena mereka lemah. Produktivitasnya kalah dengan kru dari Vietnam, China, Thailand, Filipina," tambahnya.

Dirinya mengingatkan kepada semua elemen masyarakat bahwa ada pemenang Nobel di bidang ekonomi yang menulis buku berjudul The Asian Drama, yang meramalkan bahwa negara yang akan bangkit perekonomiannya adalah Korea, Jepang, Hongkong, Singapura dan Vietnam. Indonesia tidak termasuk dalam kategori ini dikarenakan SDM-nya belum mampu bersaing.

"Indonesia sejak tahun 1968 adalah bangsa yang soft. Bangsa yang lembek. Ini menjadi catatan bagi kita para pemimpin untuk merubah ini," tutupnya.sinpo

Komentar: