Peneliti KOMPAS: Mayoritas Publik Percaya Penundaan Pemilu Tidak Berkorelasi Dengan PEN

Laporan: Samsudin
Kamis, 24 Maret 2022 | 11:15 WIB
Penundaan pemilu tidak berkorelasi dengan PEN/ilustrasi/net
Penundaan pemilu tidak berkorelasi dengan PEN/ilustrasi/net

SinPo.id - Peneliti Litbang KOMPAS Yohan Wahyu mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas ditemukan adanya gerakan politik yang dilakukan para elit untuk menguatkan penundaan pemilu dengan alasan kepentingan nasional.

Padahal alasan ekonomi yang dijadikan alasan untuk pemulihan ekonomi nasional hanya sekitar 6,9 persen. Publik yang tidak percaya, justru jauh lebih besar mencapai 23, 4 persen.

"Publik melihat itu hanya untuk kepentingan politik mereka saja," kata Yohan.

Selain itu, sekitar 80 persen suara publik juga menyatakan, bahwa  penundaan pemilu tidak berkorelasi dengan pemulihan ekonomi nasional.

"Survei yang kita lakukan semakin memperkuat hasil survei dari lembaga survei lain soal penundaan pemilu, bahwa mayoritas publik menolak penundaan pemilu," kata Yohan, dalam Gelora Talk bertajuk "Heboh Gonjang-ganjing Tunda Pemilu 2024, Apa kata Survei?", Rabu (23/3) petang.

Yohan menegaskan, upaya orkestrasi yang dibangun untuk mempengaruhi opini publik tidak membuahkan hasil seperti upaya pembahasan penundaan pemilu yang rencananya digelar Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) di Balikpapan, Kalimantan Timur pada Senin 21 Maret 2022 lalu, akhirnya dibatalkan setelah mendapatkan protes dari Ketua KPU RI Ilham Saputra.

"Saya melihat ada orkestrasi yang dibangun yang coba mempengaruhi opini publik untuk melakukan penundaan pemilu. Setelah survei ini, ternyata masih berlanjut dengan beredarnya surat Kemenko Polhukam yang kemudian diklarifikasi. Saya kira nanti akan muncul banyak lagi di lapangan, tetapi mayoritas publik tetap menolak," tegasnya.sinpo

Komentar: