Ukraina Tuding Rusia Culik Walikota Melitopol, Presiden Zelensky: Ini Kejahatan Perang
SinPo.id - Pihak berwenang Ukraina menuduh pasukan Rusia menculik Walikota Melitopol, Ivan Fedorov. Kota di tenggara Ukraina itu kini berada dibawah kendali Rusia.
Penasihat kementerian dalam negeri Ukraina, Anton Heraschenko mengatakan, Walikota Ivan diculik oleh 10 tentara yang saat itu memasuki lokasi pusat krisis Melitopol pada Kamis, (10/3). Ivan Fedorov dibawa ke lokasi yang tidak diketahui.
Melansir Aljazeera, Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor kepresidenan di Kyiv, membagikan rekaman tentang apa yang dia katakan sebagai penculikan Fedorov.
Video itu menunjukkan pria bertopeng memimpin pria lain keluar dari sebuah gedung. Sejauh ini belum ada komentar langsung dari Moskow tentang nasib Fedorov.
Dalam sebuah pesan video pada Jumat malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk penculikan itu, menyebut Fedorov sebagai "walikota yang dengan berani membela Ukraina dan anggota komunitasnya".
“Ini jelas merupakan tanda kelemahan penjajah,” katanya.
"Mereka telah pindah ke tahap teror baru di mana mereka mencoba untuk secara fisik menghilangkan perwakilan dari otoritas lokal Ukraina yang sah."
Kementerian Luar Negeri Ukraina juga mengecam penculikan itu dalam sebuah pernyataan, mengatakan insiden itu merupakan kejahatan perang karena hukum internasional melarang penyanderaan warga sipil selama perang.
Kementerian mengatakan pasukan Rusia "secara sinis menuduh walikota terorisme".
“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera menanggapi penculikan Ivan Federov dan warga sipil lainnya, dan untuk meningkatkan tekanan pada Rusia untuk mengakhiri perang biadabnya terhadap rakyat Ukraina.”
Pasukan Rusia memasuki Melitopol pada hari kedua invasi mereka, pada 25 Februari, menurut situs berita Ukrayinska Pravda.
Setelah serangan Rusia, Fedorov memimpin beberapa demonstrasi menentang invasi, menurut outlet berita. Itu termasuk rapat umum pada 2 Maret yang dihadiri oleh ribuan orang.
Pada tanggal 5 Maret, Ukrayinska Pravda melaporkan Fedorov mengatakan bahwa situasi di kota itu semakin "sulit" karena kekurangan makanan dan obat-obatan.
Dia juga mengatakan pihak berwenang Melitopol telah meminta pasukan Rusia untuk membuka koridor kemanusiaan untuk membiarkan penduduk kota pergi, tetapi mengatakan permintaan itu ditolak.

