Elektabilitas Airlangga Anjlok, Khofifah Jadi Rebutan Partai Politik
SinPo.id - Perhelatan Pilpres 2024 masih 2 tahun lagi. Kendati demikian, sejumlah nama digadang-gadang sangat potensial untuk maju pada perhelatan akabr itu. Beberapa di antaranya adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Terkait dua nama ini, sejumlah pengamat politik punya pandangan tersendiri.
Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza mengatakan, tetap mengusung Airlangga Hartarto sebagai bakal calon presiden pada Pilpres 2024, adalah bukti jika Partai Golkar sedang mengalami krisis kader.
Efriza menyebut Airlangga adalah calon presiden yang gagal sebelum pemilihan umum (pemilu) 2024 dimulai. Itu, kata dia, terlihat dari elektabilitas ketum berinisial AH itu dalam dua tahun terakhir, yang terus anjlok.
Menurut Efriza, Airlangga bukan tidak pantas menjadi calon presiden, atau Presiden Indonesia, menggantikan Joko Widodo, hanya saja dia dinilai kurang layak atau tidak mumpuni.
"Meski Airlangga sudah melakukan kunjungan. Penerimaan masyarakat sedikit. Itu menunjukkan Airlangga tidak bisa memberikan pesan politik," kata Efriza seperti dikutip SinPo.id dari Info Indonesia, Selasa (8/3).
Ia menyebutkan, AH dipandang tidak memiliki pesona yang bisa dijadikan daya tarik bagi masyarakat. Bahkan, kata Efriza, komunikasi politik yang disampaikan terlalu kaku, masih menggunakan cara lawas untuk memikat hati rakyat.
Karena itu, Golkar disarankan mencari pengganti Airlangga sebagai calon presiden. Menurutnya, Dedi Mulyadi sosok yang pantas untuk gantikan Airlangga.
"Airlangga brandingnya terlalu kaku. Tidak easy going. Airlangga itu tidak bisa menunjukkan sifat yang menarik bagi masyarakat," kata Efriza.
Khofifah
Beda dengan Airlangga, Khofifah Indar Parawansa justru menjadi rebutan partai politik untuk dipinang.
Pakar komunikasi politik, Hendri Budi Satrio, mengatakan, safari politik wajar dilakukan oleh elite politik untuk melakukan penjajakan capres di 2024. Terlebih, Khofifah merupakan salah satu kepala daerah perempuan yang diperhitungkan untuk Pilpres 2024.
Selain elektabilitas yang bagus, Khofifah merupakan Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dan masuk dalam 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia.
"Wajar kalau elite politik melakukan penjajakan politik dengan Khofifah. Mungkin untuk Pemilu 2024," ujar Hendri dikutip dari Republika.co.id, Senin (7/3).
Hendri mengatakan, elektabilitas Khofifah di sejumlah lembaga survei sangat bagus. Berdasarkan hasil survei KedaiKopi, elektablitas Khofifah berada di angka 7,3 persen. Selain berhasil membangun Jatim, sebagai tokoh perempuan Muslimat, Khofifah memiliki massa besar di NU dan dukungan dari banyak kalangan.
"Kiprah Khofifah di pemerintahan dan legislatif tidak diragukan. Jadi tidak bisa dipungkiri kalau Khofifah menjadi magnet elektoral baru bagi para elite partai dalam menghadapi 2024," ujarnya.
Hendri menambahkan, selain punya banyak kelebihan, Khofifah bisa menjadi calon alternatif di Pilpres 2024. Sejumlah elite partai politik yang sempat bertemu dengan Khofifah di antaranya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR, Puan Maharani.

