Istana: Radikalisme Berkedok Agama Di Indonesia Bak Kanker Stadium 4

Laporan: Bayu Primanda
Minggu, 06 Maret 2022 | 10:55 WIB
Ali Mochtar Ngabalin/net
Ali Mochtar Ngabalin/net

SinPo.id -  Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menanggapi perkembangan terkini terkait penyebaran radikalisme di Indonesia.

Menurutnya, penyebaran radikalisme diyakini sudah seperti kanker yang mencapai stadium empat.

"Saya bilang kalau diibaratkan penyakit kanker, maka penetrasi paham-paham radikal di Indonesia itu sudah masuk pada stadium keempat, sangat kritis," kata Ali di kawasan Jakarta, Minggu (6/3).

Dikatakan Ngabalin, paham radikalisme kerap memanfaatkan agama sebagai kedok. Biasanya pemahaman radikalisme jenis ini bermula lewat membandingkan kitab suci keagamaan dengan ideologi Pancasila.

"Bayangkan kalau dia berceramah di atas mimbar, dan dia membandingkan antara pilih Al-quran atau Pancasila, kira-kira itu paham apa? Paham radikal," kata Ngabalin.

Masyarakat pun diminta berhati-hati dalam mencerna ajaran penceramah yang berbau radikal.

"Paham radikal itu dipakai oleh para ekstrimis, ekstrimisme, dan para teroris," kata Ngabalin.

Agama dinilai menjadi senjata yang baik untuk menyebarkan paham radikalisme. Kepercayaan masyarakat dijadikan alat untuk menyerang pergerakan politik negara secara perlahan.

"Jadi, mimbar-mimbar agama dengan term-term agama itu dipakai untuk mengacaukan situasi politik dan situasi sosial kehidupan kemasyarakatan," ucap Ngabalin.

Paham ini juga diyakini Ngabalin sudah beredar sampai ke grup WhatsApp TNI dan Polri di Indonesia. Atas dasar itulah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan teguran langsung ke seluruh anggota TNI dan Polri di Indonesia beberapa waktu lalu.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI