Konflik Rohingya Jangan Jadi Sentimen Kebencian Antar Agama di Indonesia

Laporan:
Selasa, 05 September 2017 | 13:09 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Apa yang terjadi di Rohingya, Myanmar merupakan pukulan kita, sebagai sesama manusia dunia yang menjunjung tinggi keberadapan. Akan tetapi, apa yang terjadi di sana janganlah menjadi sebuah sentimen untuk saling membenci antar umat beragama di Indonesia.

Kekhawatiran tersebut sudah terasa di Indonesia. Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bahkan melarang aksi bela Rohingya yang akan digelar di Candi Borobudur, Magelang. Tentu ini sudah menjadi tugas kita bersama, para pemimpin, tokoh agama dan para ulama untuk memberikan penjelasan secara utuh, dan tidak terjebak dengan info yang tidak jelas sumbernya.

"Tidak ada agama apapun yang mengajarkan kekerasan kepada warga sipil, apalagi kepada kalangan perempuan dan anak-anak. Keberutalan yang menimpa warga Rohingya jelas telah mengarah kepada genosida. Dan semua orang beragama pasti mengutuk hal tersebut," kata Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta melalui keterangan tertulisnya.

Sukamta melanjutkan, konflik etnis menjadi runyam dan berutal karena ditunggangi oleh kepentingan politik dan ekonomi. Di komunitas apapun selalu ada orang-orang atau kelompok yang berpikir dan bertindak ekstrem, kondisi ini yang sering kali mudah menjadi tunggangan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan politik maupun ekonomi.

"Jadi yang salah bukan agamanya, agama pasti mengajar kebaikan. Maka tidak boleh kita membenci agama yang berbeda dengan keyakinan kita. Yang kita benci adalah perilaku yang brutal, yang tidak manusiawi yang dilarang oleh agama," jelas Sukamta.

Peristiwa Rohingya menurut Sukamta juga menjadi pengingat yang penting bagi Indonesia, agar tidak terjebak kepada konflik sosial yang tidak perlu. Myanmar tidak berkembang karena terbebani dengan konflik bersenjata dengan berbagai etnis yang masih berlangsung.

"Sekali bangsa kita masuk wilayah konflik, akan sulit kembali ke belakang. Maka ke-Bhinnekaan di Indonesia harus dijaga dan dirawat sebagai modal berharga untuk memajukan Indonesia," tutup Sukamta.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI