Memanas! 12 Diplomatnya Untuk PBB Diusir Amerika, Rusia: Itu Pelanggaran Berat
SinPo.id - Hubungan Amerika Serikat dan Rusia dipastikan semakin meruncing menyusul 12 diplomat Kremlin untuk PBB diusir gedung putih. Amerika menyebut pengusiran ini terjadi karena para diplomat itu diduga menjalankan "operasi intelijen.”
Juru bicara misi AS untuk PBB Olivia Dalton mengatakan mereka yang diperintahkan untuk pergi telah menyalahgunakan hak mereka untuk tinggal di Amerika Serikat dengan terlibat dalam kegiatan spionase yang merugikan keamanan nasional.
"Kami mengambil tindakan ini sesuai dengan Perjanjian Markas Besar PBB. Tindakan ini telah terjadi selama beberapa bulan," kata Dalton.
Menanggapi pengusiran itu, perwakilan tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Vassily Nebenzia, menyesali keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengusir 12 staf misi Rusia di PBB.
"Saya ingin menginformasikan kepada Anda tentang langkah permusuhan baru yang diambil oleh negara tuan rumah, sebuah langkah menentang misi Rusia. Baru saja, benar-benar satu jam yang lalu, kami diinformasikan bahwa 12 staf misi Rusia diusir," kata Nebenzia pada awal pertemuan Dewan Keamanan yang dipimpinnya, Senin (1/3).
Keputusan itu merupakan "pelanggaran berat baru" terhadap perjanjian Markas Besar PBB yang ditandatangani oleh Amerika Serikat sebagai negara tuan rumah, dan Konvensi Wina, kata Nebenzia.
"Kami terus diberitahu tentang perlunya diplomasi, solusi diplomatik. Di saat yang sama, peluang kami untuk melakukan kegiatan semacam itu dibatasi," katanya.
"Kami sangat menyesali keputusan ini. Dan kami akan melihat perkembangannya dalam konteks keputusan ini."
Deputi perwakilan tetap AS untuk PBB, Richard Mills, mengatakan 12 anggota staf misi Rusia diperintahkan untuk pulang karena terlibat dalam "kegiatan yang tidak sesuai dengan tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai diplomat."
"Mereka telah diminta untuk meninggalkan negara ini agar tidak membahayakan keamanan nasional negara tuan rumah," kata Mills.
Menurut Nebenzia, tanggapan dari perwakilan AS tidak memuaskan.
Keputusan itu diambil oleh AS di tengah operasi militer Rusia di Ukraina.

