Mengenang Arifin Panigoro! Wantimpres, Raja Minyak Yang Berjuang Mereformasi Sepak Bola Indonesia
SinPo.id - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Pengusaha dan pemilik PT Medco Energi Internasional Tbk Arifin Panigoro meninggal dunia di Mayo Clinic, Rochester, Amerika Serikat pukul 14.29 waktu setempat atau Senin (28/2) pukul 03.29 WIB.
Arifin Panigoro meninggal di usia 76 tahun. Sejauh ini belum diketahui penyebab pria 76 tahun tersebut meninggal dunia. Informasinya, Arifin Panigoro kemungkinan akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
"Beliau punya Bintang Mahaputera, saya kira di TMP," ujar anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto.
Arifin Panigoro memiliki kekayaan sebesar USD550 juta atau setara Rp7,86 triliun (kurs Rp14.300 per USD).
Dengan kekayaan tersebut, juragan minyak ini masuk ke daftar orang terkaya di Indonesia. Arifin Panigoro berada di urutan ke-47 orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Profil
Arifin lahir di Bandung, 14 Maret 1945. Dia memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1973. Lalu berlanjut di Senior Executive Programme, The European Institute of Business, Fountainebleau Prancis tahun 1979.
Kemudian mendapatkan gelar kehormatan (doktor honoris causa) dari Institut Teknologi Bandung pada Januari 2010 dengan pidato ilmiahnya 'Kuasai Teknologi, Bangun Ekonomi, Tegakkan Martabat Bangsa'.
Setelah mendapatkan cukup pengalaman di Perancis, dia kembali ke Indonesia lalu menunjukkan diri sebagai pebisnis.
Dari Migas hingga politik
Dalam riwayat bisnisnya, Arifin bersama teman-temannya setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung mencetuskan gagasan untuk membangun bisnis jasa pengeboran minyak dan gas (migas) pada 1980-an.
Saat itu, bisnis tersebut masih dikuasai oleh pemain asing lantaran modalnya yang besar. Namun, ia dan rekan-rekannya tak putus asa. Mereka kemudian mendirikan Meta Epsi Pribumi Drilling Company (Medco).
Sepuluh tahun kemudian, Medco mulai berkembang menjadi perusahaan migas dengan mengakuisi Tesoro Indonesia Peteroleum Company pada 1992.
Bahkan pada 1994, Medco mulai mencatatkan saham perdananya di pasar bursa dan mengakuisisi operasi Stanvac di Indonesia. Bisnis Medco pun kian masif. Sepuluh tahun berikutnya, Medco mulai mengakuisisi blok-blok migas internasional.
Pada tahun yang sama, Medco mulai mengembangkan bisnsi pembangkit listrik melalui Medco Power Indonesia. Selanjutnya pada 2015, Medco merampungkan pembangunan kilang LNG Donggi Senoro dan mengakuisisi perusahaan tambang Newmont Nusa Tenggara dan blok migas South Natuna Sea Block B dari ConocoPhillips.
Pada 1998, Arifin mengundurkan diri dari kepengurusan perseroan, dan sejak itu berperan sebagai penasihat, khususnya dalam hal mengarahkan peluang-peluang usaha baru di bidang minyak dan gas.
Sejumlah penghargaan pernah diraih pria kelahiran Bandung, 14 Maret 1945 silam itu. Mulai dari Doktor Kehormatan bidang Technopreneurship dari ITB, perekayasa utama dari BPPT, hingga Bintang Mahaputra Nararya dari Presiden Jokowi.
Arifin juga punya sepak terjang di dunia politik, paling intens di medio 1997-1998 saat partai baru bermunculan usai Presiden Soeharto lengser. Arif menapaki karir politiknya dengan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 1999 untuk daerah pemilihan Kabupaten Tangerang. Cukup berhasil, dia terpilih sebagai anggota DPR.
Dia menjadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI tahun 2000-2002 dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR RI tahun 2002-2004. Pada 2005, dia dipecat PDIP karena keterkaitan dengan Gerakan Pembaruan (GP) PDIP.
Cinta Sepakbola
Arifin juga akrab dengan dunia sepakbola Indonesia. Pada 2010, dia menggelar Liga Primer Indonesia, di luar kompetisi yang digelar PSSI.
Adapun jabatan yang hingga meninggal masih ia emban adalah Advisor Medco Energy sejak 1998 dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 2019.
Semasa hidupnya, pendiri PT Medco Energi Internasional Tbk ini juga dikenal sebagai salah satu sosok penting dalam gerakan reformasi sepak bola Indonesia. Dia bahkan sempat menggagas bergulirnya Liga Premier Indonesia pada 2011.
"Apa yang sudah diberikan buat sepak bola Indonesia banyak sekali dan cukup berarti. Dia menghabiskan waktu dan pikirannya untuk sepak bola Indonesia," kata Yon Moeis, mantan wartawan olahraga, mengenang sosok Arifin dalam sepak bola.
Yon menuturkan bagaimana Arifin bersama dengan orang-orang yang peduli sepak bola membuat "Gerakan Reformasi Nasional" karena ingin memperbaiki sepak bola di Tanah Air pada 2010.
"Saya dan teman-teman pergi ke Jenggala, menceritakan kondisi sepak bola Indonesia. Arifin tertantang. Kami kemudian membuat buku putih Reformasi Sepak Bola Indonesia," tutur Yon melansir tempo.
Buku putih itu kemudian diserahkan kepada Presiden RI yang saat itu dijabat Susilo Bambang Yudhoyono secara langsung pada 2010.
"Kami serahkan buku putih itu ke SBY di Cikeas pada malam final Piala Dunia 2010 dengan harapan negara ikut bersama dalam gerakan kami," ujarnya.
Menyingung soal lahirnya Liga Premier Indonesia, Yon yang juga ikut menggagas kompetisi sepak bola itu, menegaskan bahwa LPI dibangun untuk memberikan contoh bagaimana mengelola klub yang baik dan benar, mengelola kompetiisi yang bersih dari mafia.
"FIFA tidak bisa melarang seseorang atau kelompok membangun kompetisi di mana pun," kata Yon.
Namun, kompetisi LPI tidak bisa berlanjut dan hanya bisa bergulir setengah musim karena banyak yang tidak ingin gerakan kami berlanjut.
Arifin juga terlibat dalam pemenangan Kongres PSSI di Solo pada 2011. Kemenangan kelompok yang didukung Arifin sempat memberikan harapan terhadap perbaikan sepak bola di Indonesia, meski dalam perjalannya tidak berjalan mulus.
"Yang tidak boleh dilupakan, Arifin bersama kawan-kawan berhasil menghapuskan anggaran belanja daerah untuk biaya klub profesional," kata Yon.
Saat ini, klub profesional tidak lagi didanai dari anggaran belanja daerah. Mereka berusaha mendapatkan sponsor dari pihak lain.
Arifin juga menggulirkan Liga Medco untuk anak-anak setiap tahun sejak 2006. Kompetisi ini bergulir hingga enam musim.
Menurut Yon, Arifin tidak pernah berhenti memikirkan sepak bola, meski tidak secara langsung memiliki klub atau terlibat dalam kepengurusan di federasi.
Tahun lalu, Yon Moeis sempat menemui Arifin Panigoro di rumahnya, di Jenggala. Ketika itu, pendiri PT Medco itu membicarakan rencananya membangun sekolah sepak bola di Maleber, Cipanas, untuk bisa melahirkan pemain sepak bola andalan.
"Konsepnya sudah ada, tapi belum terwujud," demikian Yon.
Sempat Terima Telp Presiden Jokowi
Arifin Panigoro sempat menerima telepon dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat tengah menjalani pengobatan. Video saat Arifin tengah menerima telepon itu disebutkan terjadi 3 hari lalu.
Dalam sambungan teleponnya dengan Kepala Negara, Arifin sempat mengucapkan terima kasih kepada Jokowi. Ia juga mendoakan Presiden untuk tetap sehat.
"Terima kasih, Pak, terima kasih. Bapak juga sehat-sehat, Pak," kata Arifin dalam video itu.
Arifin juga sempat mengatakan dirinya ditemani keluarga saat menjalani pengobatan. Mulai dari istri dan anaknya.
"Oh sekeluarga. Ada istri saya, anak saya, ditungguin," ucapnya.
Kepada Jokowi, anggota Wantimpres itu berharap bisa segera sembuh dari penyakitnya. Itu karena ia mengaku masih ada hal yang ingin dikerjakannya.
"Iya Pak, saya ingin segera sembuh terus berbuat sesuatu buat Bapak. Baik, Pak. Terima kasih, Pak Presiden," tandasnya.