Sudah 62 Kali Gempa Susulan Terjadi Di Pasaman, PVMBG: Waspada Likuefaksi

Laporan: Azhar Ferdian
Sabtu, 26 Februari 2022 | 20:07 WIB
Dampakgempa M6,2 di pasaman, Sumatera Barat/net
Dampakgempa M6,2 di pasaman, Sumatera Barat/net

SinPo.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung mengungkapkan daerah sekitar pusat gempa Pasaman Barat, Sumatera Barat, rentan mengalami likuefaksi atau hilangnya kekuaran tanah akibat lindu.

Diketahui, gempa bumi mengguncang Pasaman Barat pada Jumat (25/2) pagi. Usai gempa, fenomena semburan lumpur panas pun terjadi di Pasaman. BNPB menyebut itu merupakan dampak likuefaksi.

Kepala PVMBG Andiani mengatakan, berdasarkan atlas peta kerentanan likuefaksi yang diterbitkan Badan Geologi, daerah sekitar pusat gempa berada pada dua zona kerentanan likuifaksi yaitu zona kerentanan tinggi dan zona kerentanan sedang.


"Kejadian gempa bumi ini berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan berupa retakan tanah, penurunan tanah, dan gerakan tanah. Oleh karena itu penduduk agar waspada dengan gejala tersebut," ucap dia, dalam keterangannya.

Andiani menjelaskan zona kerentanan likuefaksi tinggi umumnya berada di pesisir pantai. Mulai dari Pantai Sikarbau, Sikiliang, hingga Cangking.

Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa likuefaksi aliran, pergeseran lateral, penurunan tanah dan semburan pasir. Sedangkan daerah zona kerentanan likuefaksi sedang berada pada daerah yang lebih jauh dari pantai dengan tipe endapan pasiran.

"Rekomendasi agar penduduk mewaspadai retakan tanah pada bagian atas perbukitan yang dapat berpotensi berkembang menjadi gerakan tanah dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan atau curah hujan tinggi," tutur Andiani.

Sejauh ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 62 aktivitas gempa susulan.

"Hingga Sabtu, 26 Februari 2022 pukul 15.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 62 aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M5,1," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/2).

Ia menjelaskan gempa utama Magnitudo 6,1 yang sebelumnya terjadi didahului 1 kali kejadian gempa bumi pendahuluan (foreshock) dengan Magnitudo 5,2.

Menurutnya, gempa Pasaman Barat tersebut merupakan gempa bertipe II, yaitu jenis gempa yang diawali Gempa Pembuka (foreshocks), kemudian terjadi Gempa Utama (mainshock), dan diikuti serangkaian Gempa Susulan (aftershocks).

"Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa," katanya.

Gempa Bumi berkekuatan magnitudo 6,1 sebelumnya mengguncang wilayah Sumatera Barat pada Jumat pagi. BMKG mencatat gempa terjadi pukul 8.39 WIB.

Sementara hingga Sabtu dini hari, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total warga yang meninggal dunia akibat gempa itu berjumlah sembilan orang dan 6.002 warga mengungsi.sinpo

Komentar: