Pemimpin ISIS Al-Quraishi Tewas Ledakan Diri Dalam Serangan Amerika Di Suriah
SinPo.id - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengumumkan bahwa Pemimpin Negara Islam (ISIS) Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi telah tewas dalam sebuah serangan yang dilakukan tentara AS di kawasan Suriah.
Tewasnya AL-Quraishi, dikatakan Biden, akibat bom bunuh diri yang ia ledakkan saat serangan terjadi. Pria yang menjadi buronan militer AS itu tewas bersama anggota keluarganya dalam ledakan tersebut.
Biden mengklaim bahwa kabar ini merupakan pukulan bagi upaya kelompok jihadis itu untuk mengorganisir kembali sebagai kekuatan gerilya setelah kehilangan sebagian besar wilayah kekuasaan mereka.
"Tadi malam atas arahan saya, pasukan militer AS di barat laut Suriah berhasil melakukan operasi kontraterorisme untuk melindungi rakyat Amerika dan Sekutu kami, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari The News.
Untuk diketahui, Al-Quraishi sendiri telah memimpin Negara Islam sejak kematian pendirinya Abu Bakr al-Baghdadi pada tahun 2019. Kala itu Al-Quraishi menjadi pemimpin ISIS ketika Al-Baghdadi terbunuh dengan bom bunuh diri selama serangan oleh pasukan komando AS.
Biden menuturkan bahwa saat pasukan AS mendekati Al-Quraishi di barat laut Suriah semalam, Pemimpin ISIS itu memicu ledakan yang juga menewaskan anggota keluarganya sendiri, termasuk anak-anak.
Ledakan itu begitu besar sehingga melemparkan mayat-mayat keluar dari gedung tiga lantai tempat Quraisy berada dan ke jalan-jalan sekitarnya di kota Atmeh, kata para pejabat AS, menyalahkan ISIS atas semua korban sipil.
“Berkat keberanian pasukan kami, pemimpin teroris yang mengerikan ini tidak ada lagi,” kata Biden.
Selain Quraishi, ledakan tersebut juga menewaskan dua istrinya dan seorang anak di lantai tiga, dan kemungkinan seorang anak yang berada di lantai dua bersama letnan Quraishi dan istrinya, yang tewas setelah menembaki pasukan AS. Dua pejuang tambahan tewas setelah menembaki helikopter AS.
Quraishi telah menggunakan rumah dan keluarga yang tinggal di sebuah rumah sebagai "perisai pelindung". Hal ini menjadi faktor yang membuat rumit dalam perencanaan serangan.
Pejabat senior di Gedung Putih sejauh ini tidak dapat menjelaskan perbedaan antara angka-angka itu dan yang diberikan oleh petugas penyelamat Suriah, yang mengatakan setidaknya 13 orang tewas, termasuk empat wanita dan enam anak-anak.
"Sangat jelas dari meninjau operasi secara real time bahwa ledakan besar di lantai tiga adalah yang benar-benar menyebabkan korban," kata pejabat itu.
Kematian Quraishi adalah kemunduran besar bagi ISIS yang hampir tiga tahun setelah kekhalifahan dideklarasikan, para pejuangnya terus dikalahkan oleh pasukan AS dan Irak.
Sejak itu, Negara Islam, juga dikenal sebagai ISIS, telah melancarkan serangan pemberontak di Irak dan Suriah. Yang teranyar adalah bulan lalu ketika orang-orang bersenjata menyerbu sebuah penjara di timur laut Suriah yang menampung tersangka ISIS.

