6 Kali Ucap Maaf, Edy Mulyadi: Musuh Saya Bukan Orang Kalimantan, Tapi Oligarki

Laporan: Samsudin
Senin, 31 Januari 2022 | 16:40 WIB
Edy Mulyadi memberikan pernyataan kepada media sebelum memasuki ruang Bareskrim Polri/SinPo/Jihan
Edy Mulyadi memberikan pernyataan kepada media sebelum memasuki ruang Bareskrim Polri/SinPo/Jihan

SinPo.id - Edy Mulyadi memenuh panggilan Bareskrim Polri untuk diperiksa terkait pernyataan “tempat jin buang anak". Sebelum memasuki ruang pemeriksaan, pada Senin (31/1), Edy memberikan pernyataan kepada wartawan yang sudah menunggu kedatanganya.

Dalam kesempatan itu, Edy Mulyadi nampaknya tidak ingin keseleo lidah lagi, sehingga saat memberikan pernyataan, ia berkali kali mendahuluinya dengan ‘maaf’.

Setidaknya ada enam kali terlontar kata ‘maaf’ yang disampaikan Edy Mulyadi perihal kritikanya terhadap pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). Ia menegaskan bahwa musuhnya bukanlah warga atau penduduk Kalimantan, tetapi ketidakadilan, oligarki penguasa melalui tangan para pejabat di negeri ini.

Edy pun menegaskan bahwa dia tetap menolak proyek ibu kota negara (IKN) baru. Sejumlah alasan dikemukakan Edy. Dia misalnya menyebut proyek IKN memboroskan anggaran negara.

“Tidak tepat waktunya duit yang segitu banyaknya harusnya buat mensejahterakan rakyat, buat pembangunan ekonomi nasional, buat memompa ekonomi dalam negeri bukan untuk membangun,” tuturnya.

Dia menduga pembiayaan IKN akan bermasalah, dan proyek tersebut nantinya akan mangkrak. Alasan lain, kata Edy, pembangunan IKN akan memperparah ekologi Kalimantan.

Selain itu, disebutkan Edy, kaum oligarki akan mengambil keuntungan karena akan mendapatkan kompensasi dari lahan-lahan yang sudah mereka miliki.

Sementara itu, sambung Edy, para oligarki yang memiliki pertambangan di daerah sekitar IKN baru pun bakal dibebebaskan dari kewajiban melakukan rehabilitasi lahan yang telah dieksploitasi.

“Saya mohon maaf banget selama puluhan tahun Kalimantan itu dieksploitasi habis-habisan. Sudah berapa miliar ton batubara itu dieksploitasi sudah berapa juta hektar itu hutan-hutan di tebas,” tukasnya.

Karena eksploitasi yang dahsyat, sebut Edy, kini warga Kalimantan justru tidak lebih sejahtera dibanding warga di Pulau Jawa.

“Saya mohon maaf, harusnya (maaf) mereka mendapat bagian tetapi kita tahu dengan segala hormat, teman-teman saya saudara-saudara kita di Kalimantan masih jauh dari kehidupan yang seharusnya dengan potensi sumber daya alam yang dikerok luar biasa itu,” papar Edy.

“Musuh saya bukan penduduk Kalimantan bukan suku ini, bukan suku itu, segala macam, tidak. Saya kembali minta maaf kepada para Sultan Kutai, Sultan Paser, Sultan Banjar, Sultan Pontianak, dan Sultan lainya, termasuk suku-sukunya, suku Makasar, suku Kutai dan segala macam termasuk suku Dayak tadi, semuanya saya minta maaf. Mereka semua bukan musuh saya, musuh kita adalah ketidakadilan dan siapa pun pelakunya hari ini dilakonkan oleh para oligarki melalui tangan-tangan para pejabat publik kita,” demikian Edy.

BERITALAINNYA