Erdogan Suarakan Solidaritas Terhadap Kazakstan Yang Dilanda Kerusuhan

Laporan: Samsudin
Sabtu, 08 Januari 2022 | 09:20 WIB
Kazakhastan dilanda kerusuhan paling mengerikan dalam 30 tahun terakhir/Reuters
Kazakhastan dilanda kerusuhan paling mengerikan dalam 30 tahun terakhir/Reuters

SinPo.id - Turki menyuarakan solidaritas terhadap Kazakstan dan berharap kerusuhan di negara Asia Tengah itu akan segera reda, demikian disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kemarin.

Dalam percakapan telepon dengan Presiden Kazakstan, Kassym-Jomart Tokayev, Erdogan mengatakan Turki memperhatikan dengan saksama perkembangan di negara tersebut.

Saat menyampaikan harapannya agar pemerintahan baru dibentuk sesegera mungkin, Erdogan menuturkan dirinya percaya rakyat Kazakstan akan mengatasi masalah tersebut dalam kerangka saling percaya dan dialog.

“Turki siap berbagi segala jenis pengetahuan dan pengalaman teknis, jika diperlukan,” kata Erdogan dikutip dari Xinhua News, Sabtu (8/1).

Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan di Twitter bahwa perdamaian dan stabilitas Kazakstan menjadi prioritas utama bagi Turki, seraya menambahkan "kami sangat sedih atas insiden dan hilangnya nyawa di Kazakstan."

Kazakstan sedang dilanda kerusuhan besar-besaran yang menyebabkan pengunduran diri kabinet. Aksi unjuk rasa di negara tersebut pada Minggu (2/1) dipicu pada oleh ketidakpuasan atas kenaikan harga bahan bakar.

Keadaan darurat diumumkan di wilayah Almaty dan Mangystau di negara itu.

Turki merupakan salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Kazakstan.

Pada 2009, kedua negara menandatangani perjanjian kemitraan strategis untuk meningkatkan kerja sama politik, pertahanan, dan ekonomi bilateral.

Pasukan Rusia mengamankan bandara

Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin telah membahas situasi darurat itu dengan Presiden Tokayev dalam beberapa panggilan telepon selama krisis, kata Kremlin pada hari Jumat.

Moskow mengatakan lebih dari 70 pesawat mengangkut pasukan Rusia ke Kazakhstan, dan mereka sekarang membantu mengendalikan bandara utama Almaty, yang direbut kembali pada Kamis dari pengunjuk rasa.

Pemberontakan telah mendorong intervensi militer oleh Moskow pada saat ketegangan tinggi dalam hubungan Timur-Barat ketika Rusia dan Amerika Serikat bersiap untuk pembicaraan minggu depan mengenai krisis Ukraina.

Pengerahan cepat Moskow menunjukkan kesiapan Putin untuk menggunakan kekuatan untuk mempertahankan pengaruh di bekas Uni Soviet, pada saat ia juga telah mengkhawatirkan Barat dengan mengerahkan pasukan di dekat Ukraina, yang semenanjung Krimeanya direbut Rusia pada 2014.

Misi tersebut berada di bawah payung Collective Security Treaty Organization (CSTO), yang terdiri dari Rusia dan lima mantan sekutu Soviet. Organisasi itu mengatakan pasukannya akan berjumlah sekitar 2.500 orang.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan bahwa Kazakhstan akan kesulitan untuk menurunkan pengaruh Rusia setelah mengundang pasukan untuk memadamkan kerusuhan.

“Saya pikir satu pelajaran dalam sejarah baru-baru ini adalah begitu orang Rusia berada di rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi,” kata Blinken kepada wartawan.sinpo

Komentar: