Jika Masa Depan Sudah Hilang, Masih Perlukah Ikut Panjat Pinang? (3)
Jakarta, sinpo.id - Artinya karena dengan adanya pembaharuan infrastruktur Desa Wana Herang, otomatis membuka jalan bagi orang-orang atau bahkan pengembang untuk turut membuat"kota baru" di desa tersebut. Otomatis hal ini juga membuat kebutuhan ekonomi di sana turut tergerek naik.
Sungguh miris rasanya ketika warga lokal tak bisa turut merasakan perubahan desanya sendiri.
Selain itu, SMAN yang dibangun SBY melalui pemerintahannya seakan hanya menjadi pelengkap fasilitas perumahan yang didirikan di sekitar desa tempat Pak Mayar tinggal. Pak Mayar beserta anak dan cucu-cucunya, serta sejumlah warga asli Desa Wana Herang hanya bisa menyaksikan perubahan kampungnya tanpa bisa ikut "merasakan".
Kemajuan untuk siapa?
Setelah mendapati kondisi seperti ini, Pak Mayar kembali ditanyakan, apakah menyesal memberi dukungan kepada SBY? Jawabannya sungguh mengharukan saya.
Pak Mayar dan warga desanya tidak merasa menyesal. Bahwa yang menikmati perubahan hasil pembangunan dan kemajuan desanya adalah orang lain. Pak Mayar dan warga desanya mengaku bisa memaklumi. Pak Mayar merasa, banyak orang yang lebih membutuhkan pemerintah daripada dirinya.
Karena itu, dukungan Pak Mayar khususnya kepada pemerintah tak pernah padam. Pak Mayar teguh berharap suatu saat orang lain mendapat perhatian, dan pemerintah akan memberi perhatian pada rakyat seperti dirinya.
Kembali ke Pilpres, pada 2009 SBY untuk kedua kalinya terpilih dalam satu putaran dengan suara meyakinkan. Saat itu SBY yang berpasangan dengan mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono meraih sekitar hampir 61 persen suara. Semangat melanjutkan pembangunan dan kemajuan digelorakan.
Menjelang periode kedua itu berakhir, atau sekitar tahun 2013-2014, Wana Herang berubah sebagai wujud dari pembangunan dan kemajuan. Tapi sayangnya bersamaan dengan itu, keluarga Pak Mayar dan warga asli Wana Herang makin terpinggirkan.
Gubuk kecil yang sebelumnya ditinggali Pak Mayar kini sudah dirobohkan. Lahan tanah seluas sekitar 150 meter untuk menanam serai dan lengkuas makin sulit digarap, karena sebagian besar telah menjadi perumahan untuk para pendatang.
Lalu kembali ke Jokowi. Pasti bukan tanpa alasan ketika menyebut nama-nama konkret yang sudah disebutkan di artikel sebelumnya, yang kata Jokowi ia jumpai selama blusukan jelang Pilpres 2014.
Menjelang tiga tahun pemerintahan dan masih dalam rangka peringatan kemerdekaan RI, wajah-wajah mereka perlu kembali ditatap untuk kemudian ditanya perubahan apa yang sudah mereka rasakan.
Apakah pembangunan dan kemajuan yang diupayakan sungguh-sungguh demi meningkatkan kesejahteraan sosial mereka?

