11 Migran Indonesia Tewas Usai Perahu Yang Ditumpangi Terbalik Di Malaysia

Laporan: Samsudin
Kamis, 16 Desember 2021 | 10:38 WIB
Perahu migran Indonesia terbalik di Malaysia/Reuters
Perahu migran Indonesia terbalik di Malaysia/Reuters

SinPo.id - Sedikitnya 11 orang migran asal Indonesia ditemukan tewas dan 25 orang lainnya masih hilang setelah perahu yang mereka tumpangi tenggelam di lepas pantai negara bagian Johor, Malaysia sekitar pukul 4:30 pagi (20:30 GMT), Rabu (15/12).

Perahu tersebut membawa setidaknya 50 orang. Dari jumlah itu, 14 orang dilaporkan selamat. Para penyintas dan perahu ditemukan di pantai di Tanjung Balau, menurutu Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA) dan angkatan laut negara itu.

MMEA mengatakan kapal itu terbalik sekitar pukul 4:30 pagi pada hari Rabu (23:30 GMT Selasa) di lepas pantai negara bagian Johor, yang berbatasan dengan Singapura dan terletak di seberang Selat Malaka, salah satu jalur perdagangan maritim tersibuk di dunia, dari Indonesia.

"Perahu itu diyakini melakukan perjalanan dari Indonesia dan terbalik setelah dihantam gelombang kuat," kata wakil direktur operasi maritim Johor Kapten Simon Templer Lo Ak Tusa kepada wartawan, mengutip Aljazeera, Kamis (16/12).

Semua orang di kapal itu adalah orang Indonesia, kata MMEA.

Kecelakaan itu adalah yang terbaru dari serangkaian bencana yang tercatat di perairan antara Indonesia dan Malaysia dalam beberapa tahun terakhir dan sering kali melibatkan kapal yang kelebihan muatan yang mengangkut buruh yang mencari pekerjaan di pabrik dan perkebunan Malaysia.

Menurut Anis Hidayah dari Migrant CARE, sebuah organisasi non-pemerintah yang berbasis di Jakarta, antara 100.000 dan 200.000 orang Indonesia bepergian secara ilegal ke Malaysia setiap tahun untuk bekerja, banyak dari mereka direkrut oleh kelompok perdagangan manusia dan menjadi sasaran eksploitasi ketika mereka tiba.

"Mereka melakukan perjalanan ke Malaysia dengan kapal dan ada begitu banyak kecelakaan karena mereka berangkat pada malam hari dan tiba lebih awal di pagi hari," katanya kepada kantor berita Reuters, seraya menambahkan kapal sering berhenti sebelum mencapai daratan untuk menghindari deteksi dan mengharuskan mereka yang berada di kapal untuk berenang ke darat.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI