Airlangga Sebut Kerja Sama RI-Cina Diperlukan Untuk Percepat Pemulihan Ekonomi
SinPo.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia sangat menghargai dukungan Tiongkok dalam menangani pandemi dan berharap dapat memperkuat kerja sama bilateral.
Dalam sebuah wawancara eksklusif baru-baru ini dengan Xinhua, Airlangga yang juga memimpin Komite Pemulihan Ekonomi Nasional dan COVID-19 (KPCPEN), mengatakan bahwa pemerintah menyambut baik perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia, terutama di bidang infrastruktur, teknologi, dan ekonomi digital melalui kualitas serta kemitraan yang berkelanjutan.
Ia berharap kerja sama tersebut akan berfokus pada penelitian, pengembangan dan produksi vaksin, serta pemulihan ekonomi kedua negara.
“Indonesia meyakini bahwa dalam menghadapi berbagai tantangan global, kedua negara harus meningkatkan kerja sama dan mendorong kemajuan baru dalam hubungan bilateral yang komprehensif di masa depan,” sebut Airlangga dikutip SinPo.id dari Xinhua News, Selasa (14/12).
Ia menambahkan bahwa Indonesia berharap dapat lebih banyak berkolaborasi dengan Tiongkok guna mengurangi dampak rantai pasokan global yang terguncang terhadap ekonomi.
Indonesia dan Tiongkok telah menjalin hubungan diplomatik selama 71 tahun, dan kedua belah pihak juga telah menjalin kemitraan strategis pada 2005. Sekarang Tiongkok merupakan tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia.
Data Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia menunjukkan bahwa untuk paruh pertama tahun ini, volume perdagangan bilateral telah mencapai 53,57 miliar dolar AS (Rp769,89 triliun), naik 50,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar 26,28 miliar dollar (Rp377,68 triliun), naik 52 persen, mencapai struktur perdagangan bilateral yang lebih seimbang. Sedangkan investasi langsung Tiongkok di Indonesia sebesar 1,11 miliar dollar (Rp15,95 triliun), meningkat 17,4 persen.
Salah satu proyek infrastruktur antara Tiongkok dan Indonesia adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang sedang berlangsung, yang paling mewakili pencapaian substansial dalam Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI).
Penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) bersama 14 negara akan menciptakan peluang yang sangat besar bagi Indonesia, ujar Airlangga.
Untuk dapat mempersiapkan masuknya Indonesia ke era perdagangan Asia baru melalui RCEP, pemerintah telah mengeluarkan banyak kebijakan untuk menghilangkan hambatan berbisnis di RCEP dan guna meningkatkan kapasitas industri serta ekonomi Indonesia, tambahnya.
Ia mengatakan bahwa salah satu kebijakan tersebut adalah undang-undang cipta kerja (UU Ciptaker) yang baru diterbitkan, yang bertujuan untuk mengefektifkan berbagai sistem perizinan yang ada di berbagai sektor, menyederhanakan proses pembebasan lahan dan memperkuat skema investasi pemerintah.
“Diharapkan dengan kebijakan tersebut, Indonesia dapat mengambil manfaat maksimal dari kesepakatan RCEP di masa mendatang,” pungkasnya.