Blak-blakan Ryamizard Ryacudu Akui Kecewa Dengan Nadiem Makarim, Kenapa Ya?

Laporan: Farez
Rabu, 10 November 2021 | 15:31 WIB
Mantan Menhan Ryamizard Ryacudu/Ist
Mantan Menhan Ryamizard Ryacudu/Ist

SinPo.id - Pendidikan moral dan kebangsaan sedianya harus ditanamkan sejak dini atau di bangku Sekolah Dasar (SD) sebagaimana ditanamkan sejak dulu. Gaya ala milenial yang menjadi dogma di era modern tidak semestinya menggerus moralitas, agama, dalam berbangsa dan bernegara.

Begitu disampaikan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu saat dialog kebangsaan bersama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri bertajuk "Bela Negara Tanggungjawab Bersama" yang bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, di kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu siang (10/11).

"Saya juga agak kecewa itu pada Mendikbud," sesalnya.

"Karena kenapa? Kalau menurut saya, kalau menjadikan anak itu hebat artinya dia itu bermoral dan kebangsaan mulai dari kelas 1 SD, mungkin bapak-bapak dulu saya juga begitu," sambungnya.

Ryamizard menilai, kondisi saat ini seolah semua harus milenial dan modern, jika tidak maka akan dianggap ketinggalan zaman. Namun, itu bisa menggerus wawasan kebangsaan jika mengesampingkan moralitas hingga agama.

"Sekarang milineal saja dia tidak mengerti agama lebih banyak rusak moral. Wawasan kebangsaan apalagi," katanya.

Ryamizard memberikan contoh konkret betapa wawasan kebangsaan sudah tergerus belakangan ini. Tiga tahun lalu, kata Ryamizard, ia menonton televisi ada lomba cerdas cermat.

"Pertanyaannya, ada di mana letak candi Borobudur? A itu di Madewa, B Indonesia, tapi tidak ada yang milih Indonesia," keluhnya.

"Ini salah satu ketidakadaan wawasan (kebangsaan)," demikian Ryamizard.

Dalam acara dialog kebangsaan yang diselenggarakan DPP PKS ini turut dihadiri oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, Wakil Ketua Komisi I Abdul Kharis, Ustadz Haikal Hasan, dan para petinggi serta kader PKS yang lainnya.sinpo

Komentar: