Yenny Wahid Bela Santri Yang Dicap ISIS Saat Tutup Telinga Karena Musik

Laporan: Riri
Kamis, 16 September 2021 | 09:25 WIB
Tangkap layar santri tutup kuping saat ada suara musik ketika mereka sedang menunggu antrian vaksinasi/Instagram
Tangkap layar santri tutup kuping saat ada suara musik ketika mereka sedang menunggu antrian vaksinasi/Instagram

SinPo.id - Jagad maya dihebohkan dengan aksi cyberbullying yang dilakukan oleh sejumlah pihak di media sosial atas video puluhan santri tengah menutup telinga ketika menunggu giliran vaksinasi Covid-19 karena musik.

Cyberbullying salah satunya dilakukan oleh Diaz Hendropriyono, politisi yang saat ini sedang menjabat sebagai Staf Khusus Presiden. Diaz memposting kembali video puluhan santri yang tengah menutup telinga ketika menunggu giliran vaksinasi Covid-19 karena musik. 

Namun, dalam keterangan videonya, Diaz menyebut bahwa para santri itu mendapatkan pendidikan yang salah.

"Sementara itu..Kasihan dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There's nothing wrong to have a bit of fun!" tulis Diaz Hendripriyono seperti dilansir SinPo pada Kamis, (16/9).

Dari unggahan itu, mantan magician, Deddy Corbuzier juga turut nimbrung berkomentar.

"Mungkin mereka lagi pakai airpod. Terganggu.. ye kaann," tulis Deddy di postingan tersebut.

Tidak hanya itu, aksi Cyberbullying juga dilakukan oleh pemilik akun twitter @David_Wijaya03. David menyebut, sikap para santri tersebut sangat berlebihan. Bahkan, David menyebut, sikap para santri tak ayalnya Taliban, ISIS, Al Qaeda dan Wahabi Takfiri.

"Ada yang tahu ini dari santri mana? Lebay banget sampai menutup kupingnya. Indoktrinasi mengharamkan musik ini gak beda jauh dengan Taliban, ISIS, Al Qaeda & Wahabi Takfiri," tulisnya.

Sementara Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid membela sikap para santri dengan tegas.

“Saya senang para gurunya mengatur mereka agar divaksin. Sebab, dengan divaksin, mereka bukan hanya melindungi dirinya melainkan juga orang-orang di sekelilingnya dari ancaman Covid-19,” tulis @yennywahid.

Menurut Yenny, menghafal Al-Qur'an bukan perkara mudah. Dia pun menceritakan pengalaman temannya, Gus Fatir dari Pondok Pesantren Al-Kenaniyah yang sudah mulai menghafal Alquran sejak usia lima tahun. Menurut Gus Fatir, dalam menghafal Alquran memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa fokus.

Jika dikaitkan dengan video viral, tindakan menutup telinga tidak bisa disebut radikal karena para santri hanya ingin konsentrasi penuh dalam menghafal Alquran. 

“Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Alquran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal,” tulis Yenny.

Yenny meminta masyarakat untuk tidak mudah memberi cap seseorang radikal atau kafir. Selain itu, dia juga mengajak masyarakat untuk lebih proporsional dalam menilai orang lain dan menghindari hal yang bisa memecah belah umat.

“Menyematkan label pada orang lain hanya akan membuat masyarakat terbelah. Mari kita belajar untuk lebih saling mengerti satu sama lain. Ini bisa dimulai dengan memahami dan menerima nilai yang kita anut tidak perlu sama untuk bisa tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia,” tutup Yenny.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI