Komisi III DPR Sebut Pembebasan dr Louis Langkah Tepat

Laporan: Ria
Kamis, 15 Juli 2021 | 01:55 WIB
dr.Lois Owien saat digelandang polisi/Net
dr.Lois Owien saat digelandang polisi/Net

Sin Po.id - Pihak Kepolisian memutuskan untuk membebaskan dr.Lois Owien dalam kasus dugaan hoaks terkait kematian Covid-19 dan pernyataan lainnya soal Covid-19. Dia dibebaskan setelah mengakui bahwa postingannya di media sosial yang menyebut korban Covid-19 meninggal bukan akibat Covid-19, melainkan akibat interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi III DPR RI Herman Herry mengapresiasi langkah cepat Polri dalam menangani kasus dr Louis Owein. "Langkah polri sudah tepat," kata Herman, kepada wartawan, Rabu (14/7).

Meski begitu, ia menyebut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) harus mengeluarkan bantahan resmi dari pandangan dr. Louis tersebut. "Supaya informasi ke masyarakat tidak mengambang, IDI harus mengeluarkan bantahan resmi," tuturnya. 

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani, meminta penegak hukum mempertimbangkan pendekatan restoratif dalam penanganan kasus Dokter Louis Owien.

Pendekatan restoratif kata Arsul, bisa diterapkan jika Dokter Lois dalam proses pendalaman mengakui dan menyadari apa yang dia ucapkan adalah hal keliru.

"Jika dalam proses hukumnya Dokter Louis mengakui dan menyadari bahwa apa-apa yang disampaikan dan diposting itu salah, maka PPP mengusulkan agar diterapkan saja pendekatan keadilan restoratif," ucap Wakil Ketua MPR RI itu.

Salah satu yang diusulkan Arsul, yakni Dokter Lois diberikan kerja sosial sebagai penyadar bahwa pandemi Covid-19 adalah hal berbahaya yang perlu diwaspadai.

"Caranya Dokter Lois harus mau ditetapkan untuk melakukan kerja sosial sebagai duta penyadar bahaya Covid-19 yang mengkampanyekan kepada masyarakat luas," kata Arsul yang juga Anggota Komisi III DPR RI itu.

"Bahwa Covid-19 adalah virus menular dan karenanya menerapkan protokol kesehatan 5M secara disiplin adalah sebuah keharusan," ujar Wakil Ketua MPR itu menambahkan.

Bagi Arsul, tugas sosial itu akan lebih memberikan efek jera dan bermanfaat daripada sekadar memenjarakan orang. "InsyaAllah ini akan lebih bermanfaat daripada sekadar memenjarakan dia sebagai upaya membangun efek jera," tuturnya. 

Sebelumnya, Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Slamet Uliandi menerangkan, dr Lois sudah memberikan sejumlah klarifikasi atas pernyataannya sebagai dokter atas fenomena pandemi Covid-19.

"Segala opini terduga yang terkait Covid, diakuinya merupakan opini pribadi yang tidak berlandaskan riset," ujar Slamet, Selasa (13/7).

Kemudian, opini bahwa dr Lois tidak percaya Covid-19, serta opini soal penggunaan alat tes PCR dan swab antigen sebagai alat pendeteksi Covid-19 sebagai hal yang tidak relevan.

"Opini-opini itu diakui terduga (dr Lois) merupakan asumsi yang tidak berlandaskan riset," tuturnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI