Antonius Benny Susetyo: Aktualiasasi Pancasila Bisa Lewat Bahasa Kekinian
SinPo.id - Bangsa Indonesia harus mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam bahasa kekinian, dan lewat pendidikan, kegiatan keluarga, serta teknologi, yang memberikan inspirasi kepada kaum anak muda.
Demikian disampaikan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Antonius Benny Susetyo dalam Webinar dengan tema 'Merajut Kembali Identitas Kebangsaan Indonesia' yang dilaksanakan pada hari Sabtu (10/7).
"Aktualisasi itu perlu dilakukan agar dapat menciptakan rasa syukur bahwa Indonesia memiliki Pancasila,"ujar Antonius.
Acara dibuka oleh Terang Ukur Sinulingga (Ketua Harian Yayasan Bung Karno) dan dihadiri oleh berbagai tokoh, seperti Sukmawati Soekarnoputri (Dewan Pengawas Yayasan Bung Karno), Ahmad Muwafiq, atau yang sering disapa dengan Gus Muwafiq (Kyai Ulama Ponpes Sleman), Rusdi Hussein (Sejarawan), dan Agustina Hermanto (anggota DPRD DKI Jakarta) sebagai narasumber webinar.
Dalam acara itu, Sukmawati menuturkan lewat sejarah, kita dapat belajar dari peristiwa-peristiwa penting untuk menuju masa depan, agar hati-hati melangkah. Semangat rakyat, sambungnya, dikobarkan, lewat perjuangan para tokoh bangsa.
“Saya juga berterima kasih kepada para narasumber yang ikut. Anak-anak milenial perlu belajar bagaimana semangat para tokoh bangsa tersebut, bukan dari pengalaman bangsa-bangsa lain,” ucap dia.
Dalam sesi pemaparan, Benny menyatakan dengan Pancasila suku-suku bangsa yang ada di Indonesia diikat sehingga secara utuh tanpa terkotak-kotak, menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
“Kita harus membangun sebuah toleransi, nilai-nilai agama harus bersatu dengan kultur. Jika agama dalam kultur, agama bisa menyejukkan, harmonis, karena dapat berkulturasi dengan budaya,” kata Benny.
Benny menjelaskan tentang persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Pertama adalah rasa kemanusiaan Indonesia yang hilang karena reduksi oleh kemajuan teknologi, gerakan eksklusifitas dalam beragama, sehingga kemajemukan Indonesia semakin terancam, dan hilangnya kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah satu bangsa.
“Kita menjadi tidak peduli dengan satu sama lain, hanya kelompok dan golongannya sendiri yang dianggap penting,” tuturnya.
Pembumian Bhinneka Tunggal Ika, menurutnya, adalah mengarusutamakan kemajemukan di Indonesia. Pendidikan multikultural dan sejarah dari PAUD sampai Perguruan Tinggi sangat penting, serta dialog antar semua pihak, dan pembangunan religiusitas di kalangan bangsa Indonesia.
“Agar kita semua tahu peta bangsa dan masyarakat kita,” tambahnya.
Ia pun mengajak bangsa Indonesia untuk dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila lewat pendidikan, hidup dalam keluarga, dan penggunaan teknologi, agar kaum anak muda mengenal dan mengerti, serta bersyukur atas nilai Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia, sebagai penutup paparannya.